Blog ini seperti rumah buat saya. Di sinilah saya merasa bebas untuk menulis dan menampilkan semua yang saya mau. Tanpa proses editing dan sensor dari pihak lain. Buat kawan-kawan yang baca silahkan dikomentari ataupun diktritik. Saya sangat menghargai pendapat anda. Asal jangan anda menyuruh saya untuk berhenti menulis. Karena jangankan anda, saya sendiri ngak mampu untuk meredam ke inginan saya untuk tetap menulis...
Senin, 19 Maret 2012
ALASAN SAYA MEMILIH CAON INDEPENDENT.
Kita sudah melihat apa yang menjadi " Produk" Partai Politik, semua kebanyakan menghasilkan penguasa yang cenderung korup dan system pemerintahan yang stagnan (tidak berjalan sebagaimana mestinya). Itu semua di sebabkan karena mereka harus loyal pada Partai yang mendukungnya, hingga mengenyampingkan kepentingan dari masyarakat.
Modal besar yang harus di berikan kepada partai pendukung, telah menanam benih korupsi di kepala calon pilihan partai. Orientasi polotiknya tidak lagi kepada kepentingan rakyat, melaikan kepada modal yang telah di setor kepartainya. Apa yang bisa kita harapkan dari pemimpin model begini?
Belum lagi kita bicara kapasitas seorang pemimpin. Putra-putri terbaik yang harusnya berada di depan, akan tersingkir karena tidak memiliki modal yang cukup. Itulah sedikit alasan saya mengapa saya memilih Calon Independen dalam PILKADA DKI yang akan segera kita laksanakan.
Namun dalam saya mensosialisasikan bang Faizal Basri dan Bang Biem Benjamin sebagai calon Independen, kendala yang cukup besar saya hadapai. Di mana dalam masyarakat Jakarta telah terbentuk opini tentang " Money Politic" Saya di curigai telah mendapatkan banyak dana sosialisasi dari kedua calon yang saya dukung tersebut. Padahal saya justru " menyumbang" baik materi, tenaga dan fikiran untuk mereka. Walaupun mungkin tak seberapa yang telah saya berikan.
Saya ingin sedikit memberikan pelajaran politik kepada masyarakat walaupun mungkin kapasitas saya sangat jauh dari standar. Maukah anda mendapat Rp. 50.000,- saat ini tapi besoknya anda akan menderita selama lima tahun? Akan banyak perda yang menbuat hidup kita semakin sulit.
Kalau saya boleh mengambil contoh tentang Obama seorang kandidat yang harus "door to door" untuk mendapatkan dana kampanye sebesar $1 s/d $ 5 dari pendukungnya. Itulah demokrasi yang sesungguhnya. Akhirnya para pendukung yang cerdas mengantar beliau menjadi orang no 1 di Amerika.
Lalu bagaimana kapasitas Faizal Basri dan Biem Benjamin sebagai calon Independen yang saya dukung? Untuk Faizal Basri mungkin kita semua sudah melihatnya, saat beliau masih bersama PAN. Dia adalah seorang ekonom yang telah mendapat tempat sendiri di hati orang Indonesia. Sedangkan Biem Benjamin adalah seorang sahabat saya, kakak saya, yang saya tau dia punya pendidikan yang cukup, sangat sederhana, dan sangat mengenal masyarakat Jakarta. Kolaborasi kedua sangat ideal, Kecerdasan dan kesederhanaan, serta bijak dalam mengambil keputusan semoga akan membawa kita kepada Jakarta yang lebih baik. Amien....
Photo saat mendampaing Biem Benjamin di JAK TV dalam acara Menuju Jakarta 1
AKULAH ANAK REMBULAN
Dialah
pelacur itu…
Kerasnya
kehidupan telah dilaluinya. Usianya baru mencapai dua puluh lima tahun.
Apartement mewah di kawasan bergengsi,
rumah megah di kawasan elit dan sebuah sedan Camry yang terparkir di
garasinya adalah symbol kemenangannya menghadapi persaingan hidup. Walau
semuanya itu didapat dari melacurkan diri.
Ya.
Lelaki muda itu memang seorang Gigolo. Tapi Bukankah Gigolo itu juga profesi?
Karena tidak semua orang bisa jadi Gigolo. Tidak semua orang hebat dalam
bercinta. Apa lagi melayani perempuan.
Memang
lebih sulit menjadi pelacur lelaki dari pada menjadi pelacur perempuan. Pasiennya
kebanyakan adalah tente-tante yang sangat jaim. Kebanyakan dari kelas atas yang
sangat menjaga kerahasiaan dirinya. Kalau pelacur wanita cukup dengan berdiri
di pinggir jalan atau bergabung dengan germo di satu kawasan. Market pelacur
laki-laki jauh lebih sempit dari pada itu. Belum lagi resiko yang di hadapi,
jika berbentur dengan suami sang tante, bisa-bisa nyawa jadi taruhannya.
Masalah
yang paling sulit dihadapi adalah ketika pasienya memiliki usia dan wajah yang
jauh dari standar birahinya. “ Burungnya” kadang sulit untuk diajak kompromi.
Padahal untuk pelacur lelaki “burung” adalah segalanya. Belum lagi kalau sang
tante punya teman “arisan,” dibutuhkan tenaga dan doping yang sangat mahal
harganya. Karena kadang dia harus melayani lima perempuan sekaligus dalam satu
kamar. Kalau pelacur perempuan tentu bukan hal yang sulit, karena yoni
itu mejorok ke dalam.
Tante
Lyza…
Perempuan
inilah yang mengajaknya masuk ke dunia pelacuran yang gemerlap. Dia adalah
istri dari seorang perwira tinggi TNI. Tante Liza seorang pemimpin sebuah
perusahaan besar yang bergerak di bidang manufacturing. Lelaki itu mulanya
hanya seorang sopir pribadinya. Ketampanan dan pesonanya telah membuat sang
tante lupa diri.
Pagi
itu Ibrahim mengantar Tante Lyza ke sebuah hotel berbintang lima di kawasan
bunderan Hotel Indonesia. Ada Seminar tentang sebuah produk baru dari Amerika
yang mau lounching. Seminar itu selesai pas jam dua belas siang. Ibrahim sedang
asik bergurau bersama para sopir di parking area. Tiba-tiba handphonenya
berbunyi.
“
Iya bu, saya ada di parking area.”
“
Kamu kemari, cari kamar 301, saya tunggu di kamar itu!” terdengar suara dari
seberang sana.
“
Tidak langsung kembali ke kantor bu?”
“
Tidak, Saya ada perlu sama kamu sedikit, cepat kamu ke kamar saya.”
“
Baik bu, saya segera kesana.” Ibrahim menutup HPnya.
Kamar
301 itu adalah kamar VIP satu kelas di bawah suite room. Ruangan itu begitu
mewah, Jendelanya menghadap langsung ke Bunderan HI. Tampak banyak kendaraan di
bawah sana dan air mancur yang menjadi saksi keangkuhan Jakarta. Dua kursi
besar nan mewah menghadapi tempat tidur besar yang sangat empuk. Ibrahim
mengetuk pintu dari luar.
“
Masuk.” Jawab Tante Lyza dari dalam. Ibrahim kemudian masuk dengan sedikit
ragu, Dia masih sangat canggung. “ Duduk
kamu di situ, tunggu saya sebentar, saya mau ke kamar mandi.” Lanjut tante Liza.
Kamar
mandi di ruangan itu, ada dekat tempat tidur yang besar. Dinding pemisahnya
terbuat dari kaca tebal yang nyaris transparan. Ibramhim dapat dengan jelas
menyaksikan lekuk tubuh sang Tante. Dia masih perjaka, melihat hal itu tubuhnya
menggigil, gairah mudanya bergolak. Walau tampak samar, tapi semuanya utuh.
Saat air dari shower mulai membasahi tubuh wanita itu, sang tante jadi terlihat
semakin seksi.
“
Im, maaf, handuk saya ketinggalan di tempat tidur, tolong kamu bawa kemari!”
Ibrahim melihat sebuah handuk yang terkapar di atas tempat tidur, Dia agak ragu
untuk mengambilnya.
“
Yang putih ini bu?”
“
Iya, yang mana lagi, cepat bawa ke sini!”
“
Ini bu,” Ibrahim menyerah kan handuk itu dengan kepala tertunduk, dalam sekali.
Tapi tante Lysa bukan mengambil handuknya, melainkan mengambil tangannya dan
menariknya langsung ke dalam. Permainan tante Lyza sangat hebat, kemudian
mereka pindah ke kasur besar itu. Adegan yang selama ini hanya di lihatnya dalam film porno, kini di
lakukannya langsung. Hilang sudah keperjakaan lelaki muda itu.
Saat
mereka tengah asik masyuk, tiba-tiba pintu kamar terbuka, berdiri seorang
berpakaian seragam TNI. Ya, itu adalah suami tante Lyza. Lelaki itu tampak
tersenyum, Ibrahim seketika hilang birahinya, mukanya pucat.
Tante
Lyza yang berada di bawah tubuhnya juga tersenyum, lalu mendekap kembali Ibrahim,
Ibrahim jadi benar-benar bingung. Apa lagi saat pria yang berpakaian TNI itu
tampak sangat bergairah dan segera membuka pakaian yang dikenakannya.
Lelaki
yang telah melepas pakaian TNInya itu, lalu menghampiri tempat tidur dan
menyingkirkan Ibrahim yang masih dalam dekapan sang tante.
“
Sudah kamu duduk di sana. Lihat! Dan jangan kemana-mana.” Lelaki itu lalu
menggantikan posisi Ibrahim, dia tampak bergairah sekali.
Rintihan
tante dan dengus suaminya berakhir saat sebuah jeritan kecil ke luar dari mulut
sensual sang tante. Kemudian keduanya terkapar.
Sejak
saat itu, jika sang petinggi TNI ingin melakukan hubungan dengan istrinya,
Ibrahim harus selalu memancing dengan permainan gila sang tante. Belakang
lelaki muda itu tahu, bahwa petinggi TNI itu menderita Voyeurism (satu jenis
kelainan seks).
Apapun
yang kamu inginkan semua kami siapkan…
“
Kalau sampai rahasia ini terbongkar, peluru dari pistol ini akan mendekam di
otakmu.” Ancam petinggi TNI itu kepada Ibrahim pada suatu ketika, saat mereka
selesai menyelenggarakan pesta di tempat yang sama. Rupanya sebagai seorang
petinggi TNI dia mendapat ruang gratis di hotel yang terkenal mewah itu.
Kehidupan
Ibrahim mulai berubah. Tante Lyza telah memberikan semua yang Ibrahim minta.
Walaupun statusnya adalah sopir pribadi, Ibrahim memiliki pendapatan yang sama
dengan seorang Manager di tempatnya bekerja. Tapi semua itu di lakukan di
belakang, biasanya selesai mereka melakukan transaksi biologis.
Ibrahim
menyimpan rahasia itu dengan sangat rapi. Tak seorang rekan kerjapun yang
mengetahui hubungan segi tiga itu. Rumah dan apartement mewah itu miliknya
pribadi. Dari hasil tabungan yang dikumpulkannya. Tanpa sepengetahuan tante
Lyza dan suaminya.
Waktu
awal-awal hubungan itu terjadi, Ibrahim memang tersiksa. Dia tidak pernah
mencapai puncak kenikmatan dalam bersenggama, karena selalu saja tuan TNI
keburu nafsu dan menggantikannya. Untungnya tante Lyza mengerti. Di sela-sela
tugas suaminya ke luar kota, tante Lyza sering menyempatkan diri untuk
mengajaknya bermain asmara. Sudah pasti tidak di hotel mewah itu. Takut anak
buah suaminya yang menjadi petugas keamanan di hotel itu tahu.
Tante
Lyza memang seksi namun aneh…
Di
hari ulang tahun sang tante yang ke 42 di gelar beach party di kawasan
Ancol Jakarta. Suaminya tengah bertugas ke Moskow, hanya sebuah kunci mobil
mewah yang menggantikan kehadirannya. Malam itu selesai acara, setelah para
tamu dan kedua anaknya pulang. Ibrahim dan empat teman wanitanya di ajak ke sebuah
hotel yang ada di sana.. Walau semua tampak telah berumur di atas 40 tahun,
tapi penampilan mereka memang sangat terjaga. Semuanya harum bagai symbol dari
farfum yang mewah. Tubuh mereka terlihat kencang, mewakili gairah Jakarta yang
liar.
Selesai
mereka minum-minum di bar yang terletak di lobby hotel itu, di berinya Ibrahim
sebutir pil berwarna biru, dan di suruhnya menunggu di kamar, yang kali ini
berukuran sangat luas. Tak lama kemudian mereka menyusul. Di kamar besar itu mereka
berenam.
“
Laki-laki ini adalah hadiah dari aku untuk kalian semua, ayo kita lanjutkan
pesta,” setengah mabuk tante Lyza menatap Ibrahim liar.
“
Tunggu Lyz, Apa sudah kau minum obat itu?” Seorang perempuan yang bertubuh
kurus namun sangat cantik tiba-tiba bicara kepada Ibrahim.
“
Be…belum.” Jawab Ibrahim gugup.
“
Cepat minum, kami mau pesta denganmu.” Tante Lyza langsung membentak, dan
seorang wanita lagi yang berbadan Gemuk
memberiku air putih kemasan dari tasnya yang mahal. Ibrahim langsung
meminumnya, lelaki itu mulai paham keinginan mereka.
“
Bagaimana kalau sambil menunggu obat itu bereaksi, kita nonton BF dulu.” Tanya
perempuan yang tadi memberi air putih. Pertanyaan itu di jawab dengan anggukan
dan cekikikan yang lainnya.
Belum
selesai separuh film itu di putar, tapi baju Ibrahim sudah robek semua. Malam
itu dia harus melayani lima orang perempuan yang kesetanan.
Bayi
mungil di pinggir tempat sampah…
Dua
puluh lima tahun yang lalu, saat mentari baru muncul di ufuk timur, Ibu Susi
menemukan seorang bayi lelaki dekat tong
sampah di depan panti asuhan miliknya. Di dalam bedongan sang bayi ada sebuah
kalung berbentuk taring harimau dan sebuah surat bertuliskan “ Beri
nama anak ini Bram Kamajaya, kelak kalau aku mampu aku akan mengambilnya
kembali.”
Bayi
lelaki itu memiliki tanda hitam sebesar kuku di tengah dadanya. Ibu Susi lalu
merawat bayi itu dan memberi nama Ibrahim. Itu dibuatnya karena panti asuhan
itu adalah yayasan Islam. Toh dia sudah punya kalung dan tompel di dadanya, pikir bu Susi.
Waktu
terus merajut kuasanya, Ibrahim telah tumbuh menjadi dewasa, namun sang ibu tak
kunjung juga datang. Dia sangat rindu pada ibu biologisnya. Dari menjadi kuli
bangunan sampai kenek Metro Mini telah di lakukan Ibrahim, sampai dia bertemu
tante Lyza.
Kalau
dia bertemu ibunya, pasti ibunya akan memberi tahu siapa ayahnya, pikir Ibrahim.
Di benaknya, Ibu yang di rindukan adalah korban dari lelaki yang tidak
bertanggung jawab. Dengan uang yang di milikinya saat ini, dia pernah beriklan
di sebuah koran terbitan nasional. Di koran itu di ceritakan kronologi dirinya.
Namun tak juga membuahkan hasil.
Ibrahim
masih sering ke panti asuhan milik bu Susi. Bahkan bangunannya kini telah
berubah berkat sumbangan darinya. Setiap kali datang di selalu membawa
macam-macam makanan dan pakaian baru untuk saudara-saudaranya. Dia tak pernah
lupa dari mana dia berasal. Kalung taring harimau tak pernah lepas dari
lehernya, sejak bu Susi menceritakan ihwal dirinya. Surat yang tertulis di dalam
bedongannya kini di bingkai indah dan ditaruh di kamarnya yang megah.
Dia
sangat merindukan ibu kandungnya…
Kelak
kalau aku bertemu ibu, aku akan serahkan semua yang kumiliki untuknya akan
kubahagiakan ibu. Aku juga akan berhenti menjadi budak nafsu tante-tante itu.
Toh Mr TNI yang menjadi suami tante Lyza sebentar lagi pensiun. Aku akan pergi
jauh bersama ibu meninggalkan mereka semua. Aku ingin hidup damai bersama ibu,
walau di dalam hutan sepi sekalipun. Dalam kesendiriannya Ibrahim selalu memuja
dan mengharapkan pertemuannya dengan wanita itu.
Di
usap-usapnya taring macan yang menggantung di leher, itulah cara dia menekan
rindu pada ibunya. Dia hanya tahu bahwa taring macan dan surat itu sebagai
pemberian ibu kandungnya.
Ibrahim
tak ingin menikah sebelum berjumpa ibunya. Dia ingin sang ibu menyaksikan
pernikahannya kelak. Bahkan kalau mungkin, dia ingin ibu yang mencarikan jodohnya.
Sore
hari di teras sebuah rumah mewah, segelas kopi susu dan sepotong roti bakar,
menambah dalam pemujaan dan kerinduanya pada ibu. Di tamannya tertanam berbagai
macam bunga yang harum. Bunga-bunga itu siap menyambut kehadiran ibunya. Ya semuanya
hanya untuk ibu. Tiba-tiba HPnya berbunyi terdengar suara tante Lyza.
“
Im, kamu bisa ke 301 room kita, di bunderan HI sana?”
“
Ini kan hari minggu.”
“
Ya, saya tau, tapi teman saya baru datang dari Swis, dia cantik lo, kamu tolong
temani dia, dia istimewa, Hyper sex. Kamu harus bawa pil biru itu, kamu temani
dia sampai besok pagi.!”
“
Besok pagi saya bisa libur ya bu?”
“
Ya, besok dari hotel kamu ajak dia ke kantor, setelah itu silahkan kamu libur,
Karena aku yakin, semalaman saja kamu sama dia, pasti butuh istirahat yang
panjang hi…hi…..” Tante Lysa mengakhiri percakapan dengan tawa genitnya.
Dia
bertemu ibunya
Malam
menunjukan pukul Sembilan, Ibrahim baru menyelesaikan satu rondenya, dengan
hanya mengenakan celana dalam, di hisapnya sebatang rokok yang terletak di meja
kamar 301. Seumur hidupnya jadi Gigolo, baru kali ini dia mendapat perlawanan
yang begitu hebat. Dia lalu duduk di bangku besar kamar itu. Perempuan teman
tante Lyza itu termenung menatap langit-langit. Sebuah selimut menutupi semua
bagian tubuhnya yang seksi.
“Siapa
namamu sebenarnya?’ Masih dengan pandangan ke langit-langit perempuan itu
bertanya pada Ibrahim.
“Ibrahim.”
“
Bukan Bram Kamajaya?” Perempuan itu baru menoleh ke arah Ibrahim, yang mendapat
sambutan penuh tanda tanya dari sorot matanya.
“
Siapa kau sebenarnya.” Hati Ibrahim berdegup keras.
“
Akulah ibumu, aku yang menitipkanmu di panti asuhan itu.” Perempuan itu lalu
bercerita panjang. Tentang masa mudanya, saat seorang kekasih yang menanam
benih di rahimnya, mati dalam balapan liar. Kalung taring macan itu adalah
milik kekasihnya.
“
Kenapa kau tak cegah perbuatan kita tadi?!” Muka Ibrahim memerah.
“
Karena aku hyper sex, Hasrat itu selalu menang melawan apapun.”
Ibrahim
kemudian menghampiri tempat tidur, menyingkap selimut yang menutupi tubuh
wanita itu. Ibrahim mengangkangi tubuh mulus ibunya, ia lalu berbisik di
telinga perempuan yang melahirkannya.
“
Akulah anak rembulan, yang bersetubuh dengan ibuku sendiri.” Mereka kembali
menyanyikan dendang kehidupan lewat desah nafsu yang tak tertahankan.
********
Sabtu, 17 Maret 2012
ROJALI PENGEN JADI PENGANTEN
Haji
Syukron lagi bingung, die heran ame si
Rojali anaknye nyang paling tue. Dari kemaren ampe gini ari masih nduplong
aje di bawah pohon Rengas samping rumehnye, nyang deket kandang ayam.
“
Liat noh anak lu, dari kemaren ampe gini ari masih nduplong aje di samping kandang
ayam, gue takut die kene tetelo, trus mampus dah besok.”
“
Abang kalo ngomong sembarangan aje, orang lah di bilang kene tetelo.” Bininya
nyang punya nama Aminah nanggapin.
“
Abis….kerje kage, sembahyang kage, makan juge kage, udah dua ari tuh die
ngambek begitu. Kalo kite manusie, diambekin bisa berubah, kalo Allah mah, mau
semue manusia kaga sembahyang juge kage ade ruginye. Ntar juge kalo gue dah
kesel, gue pentung palenye pake pentungan Hansip.” Haji Syukron mulai naik
emosinye.
“
Lagian Abang, orang mau kawin bukannye di turutin.”
“
Mineh, gue bukannye kaga mau nuruti maunye anak. Tapi lu liat, cewek nyang
dipilihnye ntu kan Pehcun. Perempuan malem. Ape kate orang, masa anaknye Haji
Syukron nyang Kyai sekaligus Penghulu kampung punye mantu Pehcun.”
“
Bekas bang, atawa afkiran, si Juleha dah tobat jadi Pehcun, die juge dah mulai
ikut rombongan pengajian aye.” Bininye ngejelasin.
“
Nyang bener lu, tuh Juleha udeh tobat?”
“
Bener bang, Jumaat kemaren aye liat die hadir di pengajian nyang aye pimpin.”
“
Kalo begitu mah panggil dah si Rojali! Gue pengen ngomong nyang jelas ame tuh
anak.”
Pok
Aminah lalu ke luar teras nyamperin Rojali. Diajaknye masuk Rojali ke ruang
tamu. Dibikinin tuh anak teh manis, langsung aje diajak ngobrol bertige.
“
Lu beneran mau nikeh ame si Juleha? Lu emang kaga punye pilihan nyang laen?”
“
Kagak Be, pokoknye Aye harus kawin ame si Juleha, kalo kaga mendingan aye mati
aje.”
“
Jali, Emang luh udeh berapa lame berhubungan ame tuh Pehcun?
“
Udeh beh, udeh ampir satu taon, dan sekarang Die dah Tobat jadi Pehcun. Die mao
jadi perempuan baek-baek sekarang.”
“
Luh emangnye udah Nyatain perasaan lu ame die? Ape die mau ame lu? Sekarang
giliran Nyaknye nyang buka mulut.
“
Belon sih Nyak, tapi maksud Jali kite langsung lamar aje, masak sih die kaga
mau, die kan bekas perempuan begituan. Jali yakin Nyak, pasti dah Juleha mau
jadi bini Jali.”
“
Kalo emang ntuh pilihan lu, besok lu ngomong ma die, bilang ame die, Babe ame
Nyak mau dateng kerumahnye. Sekarang lu masuk kamar trus mandi. Puyeng gue
nyium bau lu.”
Rojali
girang banget. Impiannye kesampean juge. Baru aje dia mao ngangkat pantat dari
korsi, tibe-tibe Ustad Somad nyang muridnye Haji Syukron sampe di depan pintu,
bareng ame Juleha.
“
Assallamualaikum…”
“
Walaikum salam …” Rojali, Haji Syukron dan pok Aminah menjawab berbarengan. Rojali Jadi salah tingkeh.
Diliatnye Juleha hari itu cakep banget. Pake kerudung merah jambu mirip banget
ame Ide Royani.
Abis
menyuruh duduk pare tetamu, Pok Aminah lalu
ke belakang nyiapin minuman. Mate Rojali sekali- sekali ngelirik ke arah Juleha
nyang dijawab cume ame senyumnye doang.
“
Ade ape nih Mad, tumben lu sore-sore ke mari?”
“
Iye nih Abang, pake ngajak Juleha segala lagi.” Rojali ikutan ngomong, sambil
matanye terus ngelirikin Juleha.
“
Begini Pak Haji, Aye nih kan udeh lame jadi dude, Aye ade rencana mao nikeh
lagi, sekaligus aye mao kenalin calon aye. Kalo bise luse nikahnye, nyang jadi penghulunye Pak Haji
aje, Ane kan murid Pak Haji juge.”
“
Trus calon bini lu siape?”
“
Ini Pak Haji, si Juleha” Nyang ditunjuk bang Somad jadi merah mukanye. Tapi
Juleha mengangguk dengan pasti.
Ngedengaer
Somad ngomong Rojali matenye jadi gelap, tulang-tulangnye pade lemes, dia
nyungsep, mukenye nabrak teh manis bikinan Nyaknye.
“Rojali
kenape Pak Haji?”
“
Gak tau, kesambet setan puun rengas kali.”
*****
Kamis, 15 Maret 2012
POCONG
POCONG
Juki udah nyiapin anglo, stanggi, areng batok kelape, tak ketinggalan kain kafan buat jadi pocongnye. Tekadnye udeh bulet buat bikin si Puah mpoknye kapok pacaran di teras rumah kosong almarhum Engkongnye. Sejak Engkongnye wafat due bulan nyang udeh. Rumeh itu kalo malem Minggu sering di pake pacaran si Marpuah ame pacarnye. Walau cume di teras, tapi kalo malem di situ cukup gelap. Juki selempang kalo ntar si Puah pacarannye kelantasan. Udeh banyak kejadiannye, kalo pacaran pake acare buke kolor segale, ujung-ujungnye pade bunting duluan. Juki ngak mau kelurgenye malu, kalo sampe hal ntu terjadi ame si Puah. Emang sih bentar lagi Marpuah mau nikeh, tapi ape salehnye mereka ntu saling menjage.
Juki udah nyiapin anglo, stanggi, areng batok kelape, tak ketinggalan kain kafan buat jadi pocongnye. Tekadnye udeh bulet buat bikin si Puah mpoknye kapok pacaran di teras rumah kosong almarhum Engkongnye. Sejak Engkongnye wafat due bulan nyang udeh. Rumeh itu kalo malem Minggu sering di pake pacaran si Marpuah ame pacarnye. Walau cume di teras, tapi kalo malem di situ cukup gelap. Juki selempang kalo ntar si Puah pacarannye kelantasan. Udeh banyak kejadiannye, kalo pacaran pake acare buke kolor segale, ujung-ujungnye pade bunting duluan. Juki ngak mau kelurgenye malu, kalo sampe hal ntu terjadi ame si Puah. Emang sih bentar lagi Marpuah mau nikeh, tapi ape salehnye mereka ntu saling menjage.
Rumeh
Engkong emang kosong sejak Engkong meninggal. Tuh rumah adenye persis di depan
rumeh Juki, cume di pisahin gang MHT. Jadi kalo lagi malem Minggu, pas cowoknye
dateng ngelancong, si Puah bukannye pacaran di teras rumehnye, tapi
die plesiran dulu ke mall atawa nonton bioskop. Baru kire-kire jam sepuluh
malem die duduk beduan di rumah kosong ntu.
“
Liat noh Beh, si Puah lagi pacaran ame si Badrun di teras Engkong.”
“
Biarin mang kenape. Lagian empat bulan lagi juge die mao nikah.?”
“
Mang Babe gak takut?”
“
Takut ngapah? Bunting!”
“
Iye Beh ane mah slempang banget ngeliatnye.”
“
Insya Allah gak Juk, Babe yakin banget, ame hasil didikan Nyak lo. Babe percaye
dah. Lagian ngapah sih elu usil aje ame urusan si Puah? Makenye lu cepetan cari
pacar, biar bise ngarasin asoynye orang lagi pacaran.”
Ngak
lame kemudian Nyaknye Juki ke luar membawa sepiring martabak dan due gelas kopi
item.
“
Tuh martabak boleh di bawain si Badrun ye Nyak?”
“
Iye, kenape?”
“
Orang…. kalo lagi ade maunye…”
“
Hus! Lu kagak boleh ngomong begitu, wajar aje kalo calon mantu bawain calon
mertuenye.”
“
Iye, lu kage boleh su’udzon ame orang.” Babenye ikut bantuin si Nyak. Akhirnya mereka
bertiga terus ngobrol sembari nonton TV. Dari ruang tamu itu keliatan jelas
bayangan si Marpuah ame si Badrun lagi asik-asikan.
“
Ntar luh gue kerjain.” Kate Juki dalem ati.
Pas
jam sebelas malem, Nyak dan Babenye
masuk pangkeng, udeh ngantuk. Tapi Si Puah ame si Badrun masih aje
ade di teras rumeh Engkong. Juki lalu matiin lampu ame TV. Die pure-pure Mao
tidur. Padahal die keluar lewat pintu belakang, ambil jalan muter dan masuk ke rumah
kosong Engkong lewat pintu belakang juge.
Juki
masuk ke ruang tamu, pelan banget, die mulai nyalain dupe. Baunye mulai nyerebeng
ke mane-mane. Dari ruang tamu ntu die melihat due sosok tubuh manusia
lagi pade berangkulan membelakanginye. Die mulai pake kostum pocong nyang udeh
disiapin sedari sore. Die buke pintu depan, pelan banget biar Puah dan pacarnye
gak denger. Die ngedeketin sambil tangannye maju ke depan kaye zombie.
“
Huah…….” Juki bersuare buat nakutin Puah dan pacarnye, tapi kemudian die jatoh
pingsan, lantaran yang di liatnye bukan muke Marpuah dan si Badrun, tapi muke almarhum
Engkong dan Nyainye.
******
Selasa, 13 Maret 2012
MAT GONGGO, SPIDERMAN DAN SI JOKREM
MAT
GONGGO, SPIDERMAN DAN SI JOKREM
Aku
sedang menikmati kopi hitam dan beberapa potong gorengan yang ada di meja
kebesaranku. Kantor lagi agak sepi. Biasanya banyak pelanggan yang
mondar-mandir datang untuk service komputer. Tapi namanya bisnis, kadang ramai,
kadang juga sepi. Kuambil sebatang rokok, kunyalakan dan kuhirup dalam. Ah,
racun nikotin ini sungguh nikmat.
Tiba-tiba
Jokrem sahabat kecilku datang.
“
Ape kabar Bos, sendirian aje?” Dia lalu menyalamiku, dan duduk berhadapan
denganku.
“
Iye nih Krem, lagi agak sepi…” Jawabku sambil mesem-mesem ngeliat kaos
spiderman yang dipake si Jokrem. Kaos itu masih tampak baru, di depannya
bergambar Spiderman nyungsang dan di belakang bertuliskan “Spiderman” memenuhi
punggungnya.
“
Lu mau minum ape krem?”
“
Kupi susu deh Bos,” Aku langsung memanggil Office Boy dan menyuruhnya memenuhi
permintaan si Jokren.
“
Kaos lu bagus Krem, kaye kaos anak gue yang sekolah di TK Pelita.”
“
Lu jangan ngeledek Bos, kalo lu denger tentang asal muasalnye cerite Spiderman,
gue yakin lu pasti langsung beli kaos macem begini.”
“
Lah kok bise begitu?” Tanyaku heran, dan Office Boy ku menaruh kopi susu di hadapan
si Jokrem.
“
Makasih kupi susunye bang,” kata Jokrem yang di jawab anggukan kepala oleh
Office Boyku.
“
Lu tau gak Bos, sebenernye cerite tentang Spiderman itu berasal dari etnik kita
Bos, etnik Betawi.?”
“
Ah, lu kate siape?” Aku mulai tersenyum.
“
Name aslinye “Mat Gonggo” orang Bekasi. Begini ceritanye.” Jokrem mulai
mendongeng.
Dulu
waktu zaman Deandels
bikin jalan Anyer Panarukan. Die punye Ajudan namenye si Erick Belformer, orang
Irlandia. Waktu die jalan-jalan ke ujung Bekasi. Die ngeliat anak muda yang
lompat dari puun ke puun kayak gonggo enteng dan cepet. Ntu orang gak taunye
lagi ngasah ilmu silatnye. Si Erick sangat kagum dan bertanye pade orang yang
lagi nonton Mat Gonggo latian silat.
“ Siap
nama orang itu?”
“ Mat
Gonggo Mister.” Jawab seseorang yang paling deket.
“ Apa itu
Gonggo?”
“
Labe-labe Mister, kalo mister bilang Spider kale ye?” Mister Erick
manggut-manggut lalu dia membuat catatan tentang Mat Gonggo.
Baru pade
abad due puluh, Stanley Martin Lieber yang ternyate Cicitnye Mister Erick
menemukan catetan itu. Dan pade taon 1962 die bikin komik yang berjudul
Spiderman lewat penerbit Marvell. Sayangnye, Mat Gonggo kage sempet kawin
karene keburu mati terserang kolere (Cholera).
“ Begitu
ceritanye Bos….” Jokrem mengakhiri ceritanya, sambil nyuruput kopi susu.
“ Ah, lu
mah ngarang aje kali, dapet cerita dari siape lu?”
“ Kemaren,
dari postingannye Kong Matar Muhammad, dedengkotnye Tanebang.”
Kulemparkan
kunci mobil, di tangkep dengan sigap oleh si Jokrem. “ Mau ke mana kite Bos?”
“ Ke
Tenabang, nemuin Kong Matar, kalo dia kage ade di rume, kita langsung aje ke
pasar Tanebang, gue juge mo beli kaos kaye punye lu.”
******
Minggu, 11 Maret 2012
KONG EMAN DAN CUCUNYE
KONG
EMAN DAN CUCUNYE
Kong
Eman terlihat di teras rumahnya. Dia lagi asik menikmati cerutu Colombia yang
dikirim temannya langsung dari negeri asalnya. Segelas kopi susu dan kue
pancong tergeletak di meja teras. Kong Eman terlihat sangat menikmati cerutunya.
Kalau di Indonesia harga tuh cerutu satu batang bisa mencapai dua ratus lima
puluh ribu rupiah. Kong Eman memang mantan seorang petinggi TNI. Kawan-kawannya
banyak yang menjadi duta besar di negara-negara sahabat. Sebagai pensiunan
bintang dua, seharusnya kong Eman tinggal di rumahnya yang ada di Menteng. Tapi
Dari Muda kong Eman memang lebih suka tinggal di kampungnya di bilangan Jakarta
Timur. Di Kampung itu juga dia tinggal bersama anak perempuan, menantu dan
seorang cucu laki-lakinya. Istrinya sudah lima tahun meninggal. Semua orang di
kampung itu mengenal Kong Eman sebagai pribadi yang baik, sederhana dan suka
bermasyarakat. Dua orang anak lelaki kong Eman semuanya sudah menikah. Anak
lelakinya yang pertama tinggal di Australia sebagai konsultan pertambangan. Dan
anak lelakinya yang kedua membuka pabrik sepatu di daerah Karawang Bekasi.
Rumahnya yang di Menteng itulah yang ditinggali anak keduanya. Potret kehidupan
Kong Eman memang jauh dari cermin kehidupan kaum Betawi pada umumnya.
Lagi
asik kong Eman memakan kue pancong yang ada di sampingnya, tiba-tiba cucunya
datang langsung menenggak kopi susu miliknya.
“
Songong luh! Kopi susu belon gue minum udah maen tenggak aje!” di keplak kepala
cucunya dengan songkok hitam dari kepalanya.
“
Lagian kopi susu cuman engkong liatin aje, sayang kong, mubazir.” Jawab Rosid
cucunya yang baru berusia lima tahun.
“
Mubazir pale lu tengik, emang bader luh jadi anak, kage tau sopan santun.” Si
Rosid yang dimarahin malah cuma cengengesan. Nggak lama muncul si Mary. Nyaknya
si Rosid dari dalem rumah.
“
Ade ape sih Be?”
“
Tuh anak lu, kopi susu belon gue minum, udeh di tenggak abis ame die.”
“
Rosid gak boleh begitu. Itu songong namenye. Ntar deh beh, aye bikini lagi kopi susunye.” Mary lalu menjewer kuping
Rosid tapi tuh anak masih saja cengengesan.
“
Untung kite orang kaye ye Mar? Kalo kaga, abis dah harta kita ma tuh anak.”
“
Tau deh beh, aye juga bingung ame tuh anak, badernye ngapah kaga ketulungan
begitu.”
Rosid.
Cucu Kong Eman yang satu itu memang luar biasa badernya. Kata Dokter dia memang
anak yang hyper aktif. Baru dua hari kemaren dia mecahin kaca rumah bu Tiur
tetangga sebelah. Ada saja ulah yang dibuatnya. Dia juga pernah membuat dapur
rumah kebakaran. Untung Tidak semuanya ludes. Cuma sebagian atap dapur dan
temboknya. Walau perhatian lebih sudah di berikan buat si Rosid, tapi selalu
saja ada yang lolos dari pantauan. Minggu yang lalu Mobil peninggalan dinas
Kong Eman yang jadi sasaran. Mobil Jeep yang terparkir di garasi itu tiba-tiba
mundur sendiri, menabrak garasi. Dan untungnya mesinnya langsung mati. Hingga
tidak membuat kerusakan yang lebih parah. Rupanya Rosid berhasil mengambil
kunci kontak yang tersimpan di dalam kamar Kong Eman.
Beberapa
Baby Siter yang pernah menangani Rosid semuanya mengundurkan diri. Ngak ada
yang sanggup ngatasin kelakuan tuh anak.
Kalau
bukan karena Kong Eman mantan tentara dan di segani di lingkungan, mungkin
Rosid dan keluarganya sudah di usir dari kampung. Tak terhitung anak-anak yang
seumuran dengannya yang kepalanya bocor karena berkelahi sama si Rosid. Ada
yang palanya di sambit batu, ada yang jidatnya bocor di ketok kayu. Tapi semua
biaya pengobatan dan santunan selalu di keluarkan oleh keluarga Kong Eman.
****
Sore
itu Kong Eman, Mary, Rosid dan seorang sopirnya turun dari Mobil. Mereka baru
saja pulang dari daerah Jawa Barat. Kong Eman dan Mary habis konsultasi sama
orang pinter yang katanya bisa merubah kelakuan Rosid. Buat Kong Eman dan Mary
biaya bukan hal yang sulit, yang penting si Rosid bisa bener, kagak lagi bikin
repot keluarga.
Dalam
beberapa hari belakangan ini sikap Rosid memang berubah. Dia tidak lagi
seagresif sebelumnya. Sore itu. Kong Eman, Mary dan si Rosid terlihat duduk
bercengkrama di teras rumah. Mary sedang menyuapi Rosid. Rosid tampak lahap
memakan makanan dari Nyaknya.
“
Wah cucu Ngkong sekarang pinter makannye.”
“
Iye dong Kong…biar cepet gede.” Jawab Rosid Spontan.
“
Emang kalo udah gede Rosid pengen jadi apaan?” Tanya Mary.
“
Jadi Dokter, biar bisa suntik Engkong.” Rosid menjawab itu mungkin karena
sering melihat Kong Eman menyuntikan Insulin di tangannya. Kong Eman memang
sudah lima tahun belakangan ini terkena Diabetes. Hampir setiap pagi dan sore
Kong Eman menggunakan jarum suntik.
Melihat
perkembangan yang terjadi terhadap diri si Rosid, Kong Eman dan Mary sangat
bersyukur.
Waktu
Magrib telah tiba. Kong Eman baru saja menyuntikan Insulin ke tubuhnya. Dia
segera mengambil wudlu untuk melaksanakan sholat magrib di kamarnya. Begitu juga dengan Mary, dia segera ke
belakang.
Tiba-tiba
dari kamar Kong Eman menjerit keras sekali, Mary kaget dan segera melihat
Babenya di kamar. Rupanya saat Kong Eman tengah melakukan sujud, si Rosid yang
punya cita-cita buat jadi Dokter langsung menusukan jarum suntik ke pantat Kong
Eman. Kong Eman lupa, telah menaruh jarum suntik sembarangan. Sambil mengerang menahan
sakit, Kong Eman berkata. “Rosid…. Rosid. Setan mane lagi yang ngerasukin elo…?”
****
ANTARE BENCI DAN CINTE
ANTARE
BENCI DAN CINTE
Sudah
hampir satu semestar Mirna sekelas sama si Jupri. Anak Betawi yang usil dan
bangornya ngak ketulungan. Ada saja ulahnya yang bikin Mirna kesel. Dari mulai
pinjam catatan yang ngak pernah dipulangin, sampai Laptopnya yang lecet karena puntung
rokok.
Jupri
memang muka tembok. Sudah ratusan kali Mirna menolak cintanya. Tapi dasar si
Jupri, dia tetap saja mengirimi si Mirna dengan puisi-puisi cintanya, baik itu
lewat Twitter ataupun Facebook.
Siang
itu anak SOS 2 SMAN 70 sedang kosong. Pelajaran Bahasa Indonesia yang harusnya
di isi oleh pak Buntoro malah dibuat ngobrol oleh semua siswa. Tidak ada guru
pengganti. Tiba-tiba Jupri maju ke depan kelas sambil membawa selembar kertas.
Dia kemudian membacakan puisinya dengan lantang dan jelas.
PUISI BUAT MIRNA
Siang ini…
Di kelas ramai yang kurasa sunyi
Tak ada senyum dari bibirmu
Tak ada binar di matamu
Adakah terselip cinta di hatimu
Untuk jiwaku yang selalu bergemuruh
Menanti setitik balasan
Atas nama rindu yang kutaburkan
Kelas
jadi ramai. Ada yang bersuit-suit dan bertepuk tangan, semuanya memberi apresiasi
terhadap puisi Jupri. Kecuali Mirna. Gadis cantik itu mukanya merah. Jupri lalu
memberi kertas itu pada Mirna sebelum kembali ke tempat duduknya di sudut kelas
sana.
Mirna
menatap sebentar puisi itu, dia lalu meremasnya, berdiri dan berjalan ke arah tempat
duduk Jupri.
“
Gak tau malu! Gile kale lu ye?!” Mata Mirna mulai berkaca, dia bicara begitu
sambil melempar gumpalan kertas berisi puisi itu ke wajah Jupri.
“
Gue emang gile Mirna, tergile-gile ame elu!” Jawab Jupri santai, yang di sambut
gemuruh tawa teman-teman sekelasnya. Tumpah juga akhirnya air mata si Mirna.
Jupri
sebenarnya anak yang lumayan pinter, Puisi dan Cerpennya bukan hanya
menghiasasi majalah dinding sekolah, tapi juga beberapa majalah remaja yang
lagi ngetren. Kalau puisi atau cerpenya dimuat, dia langsung traktir
temen-temen sekelasnya makan bakso di kantin sekolah. Tak terkecuali Mirna.
Berhubung Mirna benci banget sama tuh
anak, Mirna selalu menolaknya.
“
Ayo dong sayang, kalo ntar udah jadi pacar abang, semue honor nulis buat elu dah.”
Rayu Jupri saat mereka berjalan menuju kantin sekolah.
“
Ih, amit-amit. Siapa lagi yang mao jadi pacar lu, gue juge punye duit, kalo cume
buat traktir temen sekelas makan bakso
sih.”
“
Tapi kan itu duit dari nyokap bokap lu, kalo gue kan dari hasil keringat gue
sendiri, lagian Cerpen dan Puisi yang dimuat itu, sebagian terinspirasi dari
hubungan kite.”
“
Kite..? Elo aje kale, gue ngak,” Jawab Mirna ketus.
Malam
di rumah keluarga Mirna.
Kebencian
Mirna sama si Jupri makin menjadi, bahkan dia sempet minta pindah sekolah sama
Babenya.
“
Emangnye kenape sih Mir, lu pake minte pindeh sekole. Anggep aje ape nyang dilakuin si Jupri itu sebagai pujian buat lu. Karena
dengan die mengganggu lu, berarti lu tuh emang cakep. Lagian kayaknye tuh anak pinter
juge, dan mukenye juge gak jelek-jelek amat.”
“
Pinter sih pinter Be, tapi kelakuannye itu yang bikin orang sebel.”
“
Lu jangan benci-benci amat ame lelaki, ntar kwalat lu. Liat noh Nyak lu. Dulu die
benci banget ma Babe, eh sekarang dia bise jadi temen tidur Babe.”
“
Ih, Babe parno ah.” Malam itu Mirna banyak mendapat nasehat dari Nyak dan
Babenya.
****
Pagi
itu di kelas Mirna kelihatan galau. Dia tidak lagi focus pada pelajaran. Sudah
seminggu ini Jupri berubah jadi sangat santun. Jangankan menggangunya,
menegurnyapun Jupri tak pernah lagi. Tapi dengan sikap Jupri sekarang, Mirna
jadi merasa ada yang hilang dari hatinya. Tiba-tiba dia kangen sama semua
keusilan si Jupri.
Di
sudut kantin pada jam istirahat sekolah, tampak Jupri makan bakso sendirian.
Mirna segera datang menghampirinya.
“
Kenape lu! Lu marah ma gue?” Sambil tolak pinggang dan masih berdiri Mirna
berkata begitu. Sesaat Jupri memandang wajah Mirna.
“
Bukannye lu benci ma gue? Maafin gue, kalo selama ini udeh bikin lu sebel, gue
janji hal itu gak akan terjadi lagi.” Jupri lalu berdiri dan meninggalkan Mirna
yang masih bengong. Dia ngak menyangka Jupri akan berkata begitu. Dia berharap
dari mulut Jupri akan keluar kata-kata gombal seperti yang sudah-sudah.
Alamak
kenapa semuanya jadi galau begini? Kenapa gue jadi mikirin si Jupri terus? Bisa
rusak nih proses belajar gue di sekolah. Mirna terus bicara dalam hati.
Hari
itu hari Selasa, sudah dua hari ini Jupri kaga masuk sekolah. Kata Amran dan si
Yono Jupri sakit. Tangannya patah karena jatuh, saat dia membetulkan genteng
rumahnya yang bocor. Kawan-kawan berencana untuk datang menjenguknya besok
sepulang sekolah. Tapi Mirna sudah tak tahan lagi ingin ngeliat si Jupri. Dia pengen
cepet-cepet bilang ke Jupri bahwa dia juga cinta sama tuh anak.
Siang
itu sepulang sekolah Mirna langsung ke super market. Dia pesen sama Amran dan
Yono bahwa dia akan jenguk Jupri sore ini. Dia malu kalo dateng besok bersama
kawan-kawannya.
Jam
lima sore Mirna sudah sampai di depan rumah Jupri.
“
Assallammualaiku…”
“
Wallaiku salam.” Jawab Jupri yang lagi duduk di depan teras rumahnya. Tangan
kirinya tampak di gendong dan di balut perban.
Mirna
lalu masuk dan langsung duduk di teras, dia mencoba untuk bersikap wajar.
“
Nih, ade sedikit makanan buat lu.” Mirna memberikan bungkusan yang baru saja di
belinya di super market.”
“
Ah lu pake repot-repot segala, taro deh di meja, maaf tangan gue lagi sakit.”
Mirna menaruh bungkusan itu di meja teras, di tengah tengah kursi yang
didudukinya dan yang diduduki Jupri. Suasana jadi terlihat kaku. Keduanya
tampak sangat canggung. Tapi Mirna segera memecah kebekuan itu.
“
Pri, sebenernya selama ini lu serius gak sih ame gue?” Wajah Mirna bersemu
merah.
“
Maksud lu?” Jupri pura-pura bego.
“
Yang lu lakuan selama ini kegue, ape lu serius cinte ma gue? Abis belakangan ini
gue juge kayaknye cinte ame lu.”
Jupri
tertawa keras sekali, tak lama kemudian teman-temannya keluar dari dalam rumah.
Rupanya semuanya sudah diatur. Perban yang membalut tangannya pun ternyata
bohong belaka. Dengan embel-embel akan di traktir bakso, semua teman-temanya
sepakat buat ngerjain si Mirna. Akhirnya Mirna jatuh juga ke pelukan Jupri sang
penyair.
“
Kalo begitu, bener kate Babe gue, bahwa cinte dan benci, hanya di pisahkan oleh
sehelai rambut.” Kata Mirna sambil mencubit mesra si Jupri.
*****
Langganan:
Postingan (Atom)