Senin, 19 Maret 2012

ALASAN SAYA MEMILIH CAON INDEPENDENT.



Kita sudah melihat apa yang menjadi " Produk" Partai Politik, semua kebanyakan menghasilkan penguasa yang cenderung korup dan system pemerintahan yang stagnan (tidak berjalan sebagaimana mestinya). Itu semua di sebabkan karena mereka harus loyal pada Partai yang mendukungnya, hingga mengenyampingkan kepentingan dari masyarakat.

Modal besar yang harus di berikan kepada partai pendukung, telah menanam benih korupsi di kepala calon pilihan partai. Orientasi polotiknya tidak lagi kepada kepentingan rakyat, melaikan kepada modal yang telah di setor kepartainya. Apa yang bisa kita harapkan dari pemimpin model begini?

Belum lagi kita bicara kapasitas seorang pemimpin. Putra-putri terbaik yang harusnya berada di depan, akan tersingkir karena tidak memiliki modal yang cukup. Itulah sedikit alasan saya mengapa saya memilih Calon Independen dalam PILKADA DKI yang akan segera kita laksanakan.

Namun dalam saya mensosialisasikan bang Faizal Basri dan Bang Biem Benjamin sebagai calon Independen, kendala yang cukup besar saya hadapai. Di mana dalam masyarakat Jakarta telah terbentuk opini tentang " Money Politic" Saya di curigai telah mendapatkan banyak dana sosialisasi dari kedua calon yang saya dukung tersebut. Padahal saya justru " menyumbang" baik materi, tenaga dan fikiran untuk mereka. Walaupun mungkin tak seberapa yang telah saya berikan.

Saya ingin sedikit memberikan pelajaran politik kepada masyarakat walaupun mungkin kapasitas saya sangat jauh dari standar. Maukah anda mendapat Rp. 50.000,- saat ini tapi besoknya anda akan menderita selama lima tahun? Akan banyak perda yang menbuat hidup kita semakin sulit.

Kalau saya boleh mengambil contoh tentang Obama seorang kandidat yang harus "door to door" untuk mendapatkan dana kampanye sebesar $1 s/d $ 5 dari pendukungnya. Itulah demokrasi yang sesungguhnya. Akhirnya para pendukung yang cerdas mengantar beliau menjadi orang no 1 di Amerika.

Lalu bagaimana kapasitas Faizal Basri dan Biem Benjamin sebagai calon Independen yang saya dukung? Untuk Faizal Basri mungkin kita semua sudah melihatnya, saat beliau masih bersama PAN. Dia adalah seorang ekonom yang telah mendapat tempat sendiri di hati orang Indonesia. Sedangkan Biem Benjamin adalah seorang sahabat saya, kakak saya, yang saya tau dia punya pendidikan yang cukup, sangat sederhana, dan sangat mengenal masyarakat Jakarta. Kolaborasi kedua sangat ideal, Kecerdasan dan kesederhanaan, serta bijak dalam mengambil keputusan semoga akan membawa kita kepada Jakarta yang lebih baik. Amien....


Photo saat mendampaing Biem Benjamin di JAK TV dalam acara Menuju Jakarta 1

AKULAH ANAK REMBULAN




Dialah pelacur itu…
Kerasnya kehidupan telah dilaluinya. Usianya baru mencapai dua puluh lima tahun. Apartement mewah di kawasan bergengsi,  rumah megah di kawasan elit dan sebuah sedan Camry yang terparkir di garasinya adalah symbol kemenangannya menghadapi persaingan hidup. Walau semuanya itu didapat dari melacurkan diri.
Ya. Lelaki muda itu memang seorang Gigolo. Tapi Bukankah Gigolo itu juga profesi? Karena tidak semua orang bisa jadi Gigolo. Tidak semua orang hebat dalam bercinta. Apa lagi  melayani perempuan.
Memang lebih sulit menjadi pelacur lelaki dari pada menjadi pelacur perempuan. Pasiennya kebanyakan adalah tente-tante yang sangat jaim. Kebanyakan dari kelas atas yang sangat menjaga kerahasiaan dirinya. Kalau pelacur wanita cukup dengan berdiri di pinggir jalan atau bergabung dengan germo di satu kawasan. Market pelacur laki-laki jauh lebih sempit dari pada itu. Belum lagi resiko yang di hadapi, jika berbentur dengan suami sang tante, bisa-bisa nyawa jadi taruhannya.
Masalah yang paling sulit dihadapi adalah ketika pasienya memiliki usia dan wajah yang jauh dari standar birahinya. “ Burungnya” kadang sulit untuk diajak kompromi. Padahal untuk pelacur lelaki “burung” adalah segalanya. Belum lagi kalau sang tante punya teman “arisan,” dibutuhkan tenaga dan doping yang sangat mahal harganya. Karena kadang dia harus melayani lima perempuan sekaligus dalam satu kamar. Kalau pelacur perempuan tentu bukan hal yang sulit, karena yoni itu mejorok ke dalam.
Tante Lyza…
Perempuan inilah yang mengajaknya masuk ke dunia pelacuran yang gemerlap. Dia adalah istri dari seorang perwira tinggi TNI. Tante Liza seorang pemimpin sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang manufacturing. Lelaki itu mulanya hanya seorang sopir pribadinya. Ketampanan dan pesonanya telah membuat sang tante lupa diri.
Pagi itu Ibrahim mengantar Tante Lyza ke sebuah hotel berbintang lima di kawasan bunderan Hotel Indonesia. Ada Seminar tentang sebuah produk baru dari Amerika yang mau lounching. Seminar itu selesai pas jam dua belas siang. Ibrahim sedang asik bergurau bersama para sopir di parking area. Tiba-tiba handphonenya berbunyi.
“ Iya bu, saya ada di parking area.”
“ Kamu kemari, cari kamar 301, saya tunggu di kamar itu!” terdengar suara dari seberang sana.
“ Tidak langsung kembali ke kantor bu?”
“ Tidak, Saya ada perlu sama kamu sedikit, cepat kamu ke kamar saya.”
“ Baik bu, saya segera kesana.” Ibrahim menutup HPnya.
Kamar 301 itu adalah kamar VIP satu kelas di bawah suite room. Ruangan itu begitu mewah, Jendelanya menghadap langsung ke Bunderan HI. Tampak banyak kendaraan di bawah sana dan air mancur yang menjadi saksi keangkuhan Jakarta. Dua kursi besar nan mewah menghadapi tempat tidur besar yang sangat empuk. Ibrahim mengetuk pintu dari luar.
“ Masuk.” Jawab Tante Lyza dari dalam. Ibrahim kemudian masuk dengan sedikit ragu, Dia masih sangat canggung.  “ Duduk kamu di situ, tunggu saya sebentar, saya mau ke kamar mandi.”  Lanjut tante Liza.
Kamar mandi di ruangan itu, ada dekat tempat tidur yang besar. Dinding pemisahnya terbuat dari kaca tebal yang nyaris transparan. Ibramhim dapat dengan jelas menyaksikan lekuk tubuh sang Tante. Dia masih perjaka, melihat hal itu tubuhnya menggigil, gairah mudanya bergolak. Walau tampak samar, tapi semuanya utuh. Saat air dari shower mulai membasahi tubuh wanita itu, sang tante jadi terlihat semakin seksi.
“ Im, maaf, handuk saya ketinggalan di tempat tidur, tolong kamu bawa kemari!” Ibrahim melihat sebuah handuk yang terkapar di atas tempat tidur, Dia agak ragu untuk mengambilnya.
“ Yang putih ini bu?”
“ Iya, yang mana lagi, cepat bawa ke sini!”
“ Ini bu,” Ibrahim menyerah kan handuk itu dengan kepala tertunduk, dalam sekali. Tapi tante Lysa bukan mengambil handuknya, melainkan mengambil tangannya dan menariknya langsung ke dalam. Permainan tante Lyza sangat hebat, kemudian mereka pindah ke kasur besar itu. Adegan yang selama ini  hanya di lihatnya dalam film porno, kini di lakukannya langsung. Hilang sudah keperjakaan lelaki muda itu.
Saat mereka tengah asik masyuk, tiba-tiba pintu kamar terbuka, berdiri seorang berpakaian seragam TNI. Ya, itu adalah suami tante Lyza. Lelaki itu tampak tersenyum, Ibrahim seketika hilang birahinya, mukanya pucat.
Tante Lyza yang berada di bawah tubuhnya juga tersenyum, lalu mendekap kembali Ibrahim, Ibrahim jadi benar-benar bingung. Apa lagi saat pria yang berpakaian TNI itu tampak sangat bergairah dan segera membuka pakaian yang dikenakannya.
Lelaki yang telah melepas pakaian TNInya itu, lalu menghampiri tempat tidur dan menyingkirkan Ibrahim yang masih dalam dekapan sang tante.
“ Sudah kamu duduk di sana. Lihat! Dan jangan kemana-mana.” Lelaki itu lalu menggantikan posisi Ibrahim, dia tampak bergairah sekali.
Rintihan tante dan dengus suaminya berakhir saat sebuah jeritan kecil ke luar dari mulut sensual sang tante. Kemudian keduanya terkapar.
Sejak saat itu, jika sang petinggi TNI ingin melakukan hubungan dengan istrinya, Ibrahim harus selalu memancing dengan permainan gila sang tante. Belakang lelaki muda itu tahu, bahwa petinggi TNI itu menderita Voyeurism (satu jenis kelainan seks).

Apapun yang kamu inginkan semua kami siapkan…
“ Kalau sampai rahasia ini terbongkar, peluru dari pistol ini akan mendekam di otakmu.” Ancam petinggi TNI itu kepada Ibrahim pada suatu ketika, saat mereka selesai menyelenggarakan pesta di tempat yang sama. Rupanya sebagai seorang petinggi TNI dia mendapat ruang gratis di hotel yang terkenal mewah itu.
Kehidupan Ibrahim mulai berubah. Tante Lyza telah memberikan semua yang Ibrahim minta. Walaupun statusnya adalah sopir pribadi, Ibrahim memiliki pendapatan yang sama dengan seorang Manager di tempatnya bekerja. Tapi semua itu di lakukan di belakang, biasanya selesai mereka melakukan transaksi biologis.
Ibrahim menyimpan rahasia itu dengan sangat rapi. Tak seorang rekan kerjapun yang mengetahui hubungan segi tiga itu. Rumah dan apartement mewah itu miliknya pribadi. Dari hasil tabungan yang dikumpulkannya. Tanpa sepengetahuan tante Lyza dan suaminya.
Waktu awal-awal hubungan itu terjadi, Ibrahim memang tersiksa. Dia tidak pernah mencapai puncak kenikmatan dalam bersenggama, karena selalu saja tuan TNI keburu nafsu dan menggantikannya. Untungnya tante Lyza mengerti. Di sela-sela tugas suaminya ke luar kota, tante Lyza sering menyempatkan diri untuk mengajaknya bermain asmara. Sudah pasti tidak di hotel mewah itu. Takut anak buah suaminya yang menjadi petugas keamanan di hotel itu tahu.

Tante Lyza memang seksi namun aneh…
Di hari ulang tahun sang tante yang ke 42 di gelar beach party di kawasan Ancol Jakarta. Suaminya tengah bertugas ke Moskow, hanya sebuah kunci mobil mewah yang menggantikan kehadirannya. Malam itu selesai acara, setelah para tamu dan kedua anaknya pulang. Ibrahim dan empat teman wanitanya di ajak ke sebuah hotel yang ada di sana.. Walau semua tampak telah berumur di atas 40 tahun, tapi penampilan mereka memang sangat terjaga. Semuanya harum bagai symbol dari farfum yang mewah. Tubuh mereka terlihat kencang, mewakili gairah Jakarta yang liar.
Selesai mereka minum-minum di bar yang terletak di lobby hotel itu, di berinya Ibrahim sebutir pil berwarna biru, dan di suruhnya menunggu di kamar, yang kali ini berukuran sangat luas. Tak lama kemudian mereka menyusul. Di kamar besar itu mereka berenam.
“ Laki-laki ini adalah hadiah dari aku untuk kalian semua, ayo kita lanjutkan pesta,” setengah mabuk tante Lyza menatap Ibrahim liar.
“ Tunggu Lyz, Apa sudah kau minum obat itu?” Seorang perempuan yang bertubuh kurus namun sangat cantik tiba-tiba bicara kepada Ibrahim.
“ Be…belum.” Jawab Ibrahim gugup.
“ Cepat minum, kami mau pesta denganmu.” Tante Lyza langsung membentak, dan seorang wanita lagi yang berbadan Gemuk  memberiku air putih kemasan dari tasnya yang mahal. Ibrahim langsung meminumnya, lelaki itu mulai paham keinginan mereka.
“ Bagaimana kalau sambil menunggu obat itu bereaksi, kita nonton BF dulu.” Tanya perempuan yang tadi memberi air putih. Pertanyaan itu di jawab dengan anggukan dan cekikikan yang lainnya.
Belum selesai separuh film itu di putar, tapi baju Ibrahim sudah robek semua. Malam itu dia harus melayani lima orang perempuan yang kesetanan.

Bayi mungil di pinggir tempat sampah…
Dua puluh lima tahun yang lalu, saat mentari baru muncul di ufuk timur, Ibu Susi menemukan seorang bayi lelaki  dekat tong sampah di depan panti asuhan miliknya. Di dalam bedongan sang bayi ada sebuah kalung berbentuk taring harimau dan sebuah surat bertuliskan “ Beri nama anak ini Bram Kamajaya, kelak kalau aku mampu aku akan mengambilnya kembali.”
Bayi lelaki itu memiliki tanda hitam sebesar kuku di tengah dadanya. Ibu Susi lalu merawat bayi itu dan memberi nama Ibrahim. Itu dibuatnya karena panti asuhan itu adalah yayasan Islam. Toh dia sudah punya  kalung dan tompel di dadanya, pikir bu Susi.
Waktu terus merajut kuasanya, Ibrahim telah tumbuh menjadi dewasa, namun sang ibu tak kunjung juga datang. Dia sangat rindu pada ibu biologisnya. Dari menjadi kuli bangunan sampai kenek Metro Mini telah di lakukan Ibrahim, sampai dia bertemu tante Lyza.
Kalau dia bertemu ibunya, pasti ibunya akan memberi tahu siapa ayahnya, pikir Ibrahim. Di benaknya, Ibu yang di rindukan adalah korban dari lelaki yang tidak bertanggung jawab. Dengan uang yang di milikinya saat ini, dia pernah beriklan di sebuah koran terbitan nasional. Di koran itu di ceritakan kronologi dirinya. Namun tak juga membuahkan hasil.
Ibrahim masih sering ke panti asuhan milik bu Susi. Bahkan bangunannya kini telah berubah berkat sumbangan darinya. Setiap kali datang di selalu membawa macam-macam makanan dan pakaian baru untuk saudara-saudaranya. Dia tak pernah lupa dari mana dia berasal. Kalung taring harimau tak pernah lepas dari lehernya, sejak bu Susi menceritakan ihwal dirinya. Surat yang tertulis di dalam bedongannya kini di bingkai indah dan ditaruh di kamarnya yang megah.

Dia sangat merindukan ibu kandungnya…
Kelak kalau aku bertemu ibu, aku akan serahkan semua yang kumiliki untuknya akan kubahagiakan ibu. Aku juga akan berhenti menjadi budak nafsu tante-tante itu. Toh Mr TNI yang menjadi suami tante Lyza sebentar lagi pensiun. Aku akan pergi jauh bersama ibu meninggalkan mereka semua. Aku ingin hidup damai bersama ibu, walau di dalam hutan sepi sekalipun. Dalam kesendiriannya Ibrahim selalu memuja dan mengharapkan pertemuannya dengan wanita itu.
Di usap-usapnya taring macan yang menggantung di leher, itulah cara dia menekan rindu pada ibunya. Dia hanya tahu bahwa taring macan dan surat itu sebagai pemberian ibu kandungnya.
Ibrahim tak ingin menikah sebelum berjumpa ibunya. Dia ingin sang ibu menyaksikan pernikahannya kelak. Bahkan kalau mungkin, dia ingin  ibu yang mencarikan jodohnya.
Sore hari di teras sebuah rumah mewah, segelas kopi susu dan sepotong roti bakar, menambah dalam pemujaan dan kerinduanya pada ibu. Di tamannya tertanam berbagai macam bunga yang harum. Bunga-bunga itu siap menyambut kehadiran ibunya. Ya semuanya hanya untuk ibu. Tiba-tiba HPnya berbunyi terdengar suara tante Lyza.
“ Im, kamu bisa ke 301 room kita, di bunderan HI sana?”
“ Ini kan hari minggu.”
“ Ya, saya tau, tapi teman saya baru datang dari Swis, dia cantik lo, kamu tolong temani dia, dia istimewa, Hyper sex. Kamu harus bawa pil biru itu, kamu temani dia sampai besok pagi.!”
“ Besok pagi saya bisa libur ya bu?”
“ Ya, besok dari hotel kamu ajak dia ke kantor, setelah itu silahkan kamu libur, Karena aku yakin, semalaman saja kamu sama dia, pasti butuh istirahat yang panjang hi…hi…..” Tante Lysa mengakhiri percakapan dengan tawa genitnya.
Dia bertemu ibunya
Malam menunjukan pukul Sembilan, Ibrahim baru menyelesaikan satu rondenya, dengan hanya mengenakan celana dalam, di hisapnya sebatang rokok yang terletak di meja kamar 301. Seumur hidupnya jadi Gigolo, baru kali ini dia mendapat perlawanan yang begitu hebat. Dia lalu duduk di bangku besar kamar itu. Perempuan teman tante Lyza itu termenung menatap langit-langit. Sebuah selimut menutupi semua bagian tubuhnya yang seksi.
“Siapa namamu sebenarnya?’ Masih dengan pandangan ke langit-langit perempuan itu bertanya pada Ibrahim.
“Ibrahim.”
“ Bukan Bram Kamajaya?” Perempuan itu baru menoleh ke arah Ibrahim, yang mendapat sambutan penuh tanda tanya dari sorot matanya.
“ Siapa kau sebenarnya.” Hati Ibrahim berdegup keras.
“ Akulah ibumu, aku yang menitipkanmu di panti asuhan itu.” Perempuan itu lalu bercerita panjang. Tentang masa mudanya, saat seorang kekasih yang menanam benih di rahimnya, mati dalam balapan liar. Kalung taring macan itu adalah milik kekasihnya.
“ Kenapa kau tak cegah perbuatan kita tadi?!” Muka Ibrahim memerah.
“ Karena aku hyper sex, Hasrat itu selalu menang melawan apapun.”
Ibrahim kemudian menghampiri tempat tidur, menyingkap selimut yang menutupi tubuh wanita itu. Ibrahim mengangkangi tubuh mulus ibunya, ia lalu berbisik di telinga perempuan yang melahirkannya.
“ Akulah anak rembulan, yang bersetubuh dengan ibuku sendiri.” Mereka kembali menyanyikan dendang kehidupan lewat desah nafsu yang tak tertahankan.
********

Sabtu, 17 Maret 2012

ROJALI PENGEN JADI PENGANTEN




Haji Syukron lagi bingung, die heran ame  si Rojali anaknye nyang paling tue. Dari kemaren ampe gini ari masih nduplong aje di bawah pohon Rengas samping rumehnye, nyang deket kandang ayam.
“ Liat noh anak lu, dari kemaren ampe gini ari masih nduplong aje di samping kandang ayam, gue takut die kene tetelo, trus mampus dah besok.”
“ Abang kalo ngomong sembarangan aje, orang lah di bilang kene tetelo.” Bininya nyang punya nama Aminah nanggapin.
“ Abis….kerje kage, sembahyang kage, makan juge kage, udah dua ari tuh die ngambek begitu. Kalo kite manusie, diambekin bisa berubah, kalo Allah mah, mau semue manusia kaga sembahyang juge kage ade ruginye. Ntar juge kalo gue dah kesel, gue pentung palenye pake pentungan Hansip.” Haji Syukron mulai naik emosinye.
“ Lagian Abang, orang mau kawin bukannye di turutin.”
“ Mineh, gue bukannye kaga mau nuruti maunye anak. Tapi lu liat, cewek nyang dipilihnye ntu kan Pehcun. Perempuan malem. Ape kate orang, masa anaknye Haji Syukron nyang Kyai sekaligus Penghulu kampung punye mantu Pehcun.”
“ Bekas bang, atawa afkiran, si Juleha dah tobat jadi Pehcun, die juge dah mulai ikut rombongan pengajian aye.” Bininye ngejelasin.
“ Nyang bener lu, tuh Juleha udeh tobat?”
“ Bener bang, Jumaat kemaren aye liat die hadir di pengajian nyang aye pimpin.”
“ Kalo begitu mah panggil dah si Rojali! Gue pengen ngomong nyang jelas ame tuh anak.”
Pok Aminah lalu ke luar teras nyamperin Rojali. Diajaknye masuk Rojali ke ruang tamu. Dibikinin tuh anak teh manis, langsung aje diajak ngobrol bertige.
“ Lu beneran mau nikeh ame si Juleha? Lu emang kaga punye pilihan nyang laen?”
“ Kagak Be, pokoknye Aye harus kawin ame si Juleha, kalo kaga mendingan aye mati aje.”
“ Jali, Emang luh udeh berapa lame berhubungan ame tuh Pehcun?
“ Udeh beh, udeh ampir satu taon, dan sekarang Die dah Tobat jadi Pehcun. Die mao jadi perempuan baek-baek sekarang.”
“ Luh emangnye udah Nyatain perasaan lu ame die? Ape die mau ame lu? Sekarang giliran Nyaknye nyang buka mulut.
“ Belon sih Nyak, tapi maksud Jali kite langsung lamar aje, masak sih die kaga mau, die kan bekas perempuan begituan. Jali yakin Nyak, pasti dah Juleha mau jadi bini Jali.”
“ Kalo emang ntuh pilihan lu, besok lu ngomong ma die, bilang ame die, Babe ame Nyak mau dateng kerumahnye. Sekarang lu masuk kamar trus mandi. Puyeng gue nyium bau lu.”
Rojali girang banget. Impiannye kesampean juge. Baru aje dia mao ngangkat pantat dari korsi, tibe-tibe Ustad Somad nyang muridnye Haji Syukron sampe di depan pintu, bareng ame Juleha.
“ Assallamualaikum…”
“ Walaikum salam …” Rojali, Haji Syukron dan pok Aminah menjawab  berbarengan. Rojali Jadi salah tingkeh. Diliatnye Juleha hari itu cakep banget. Pake kerudung merah jambu mirip banget ame Ide Royani.
Abis  menyuruh duduk pare tetamu, Pok Aminah lalu ke belakang nyiapin minuman. Mate Rojali sekali- sekali ngelirik ke arah Juleha nyang dijawab cume ame senyumnye doang.
“ Ade ape nih Mad, tumben lu sore-sore ke mari?”
“ Iye nih Abang, pake ngajak Juleha segala lagi.” Rojali ikutan ngomong, sambil matanye terus ngelirikin Juleha.
“ Begini Pak Haji, Aye nih kan udeh lame jadi dude, Aye ade rencana mao nikeh lagi, sekaligus aye mao kenalin calon aye. Kalo bise luse  nikahnye, nyang jadi penghulunye Pak Haji aje, Ane kan murid Pak Haji juge.”
“ Trus calon bini lu siape?”
“ Ini Pak Haji, si Juleha” Nyang ditunjuk bang Somad jadi merah mukanye. Tapi Juleha mengangguk dengan pasti.
Ngedengaer Somad ngomong Rojali matenye jadi gelap, tulang-tulangnye pade lemes, dia nyungsep, mukenye nabrak teh manis bikinan Nyaknye.
“Rojali kenape Pak Haji?”
“ Gak tau, kesambet setan puun rengas kali.”
*****

Kamis, 15 Maret 2012

POCONG


POCONG
Juki udah nyiapin anglo, stanggi, areng batok kelape, tak ketinggalan kain kafan buat jadi pocongnye. Tekadnye udeh bulet buat bikin si Puah mpoknye kapok pacaran di teras rumah kosong almarhum Engkongnye. Sejak Engkongnye wafat due bulan nyang udeh. Rumeh itu kalo malem Minggu sering di pake pacaran si Marpuah ame pacarnye. Walau cume di teras, tapi kalo malem di situ cukup gelap. Juki selempang kalo ntar si Puah pacarannye kelantasan. Udeh banyak kejadiannye, kalo pacaran pake acare buke kolor segale, ujung-ujungnye pade bunting duluan. Juki ngak mau kelurgenye malu, kalo sampe hal ntu terjadi ame si Puah. Emang sih bentar lagi Marpuah mau nikeh, tapi ape salehnye mereka ntu saling menjage.

Rumeh Engkong emang kosong sejak Engkong meninggal. Tuh rumah adenye persis di depan rumeh Juki, cume di pisahin gang MHT. Jadi kalo lagi malem Minggu, pas cowoknye dateng ngelancong, si Puah bukannye pacaran di teras rumehnye, tapi die plesiran dulu ke mall atawa nonton bioskop. Baru kire-kire jam sepuluh malem die duduk beduan di rumah kosong ntu.

“ Liat noh Beh, si Puah lagi pacaran ame si Badrun di teras Engkong.”

“ Biarin mang kenape. Lagian empat bulan lagi juge die mao nikah.?”

“ Mang Babe gak takut?”

“ Takut ngapah? Bunting!”

“ Iye Beh ane mah slempang banget ngeliatnye.”

“ Insya Allah gak Juk, Babe yakin banget, ame hasil didikan Nyak lo. Babe percaye dah. Lagian ngapah sih elu usil aje ame urusan si Puah? Makenye lu cepetan cari pacar, biar bise ngarasin asoynye orang lagi pacaran.”

Ngak lame kemudian Nyaknye Juki ke luar membawa sepiring martabak dan due gelas kopi item.

“ Tuh martabak boleh di bawain si Badrun ye Nyak?”

“ Iye, kenape?”

“ Orang…. kalo lagi ade maunye…”

“ Hus! Lu kagak boleh ngomong begitu, wajar aje kalo calon mantu bawain calon mertuenye.”

“ Iye, lu kage boleh su’udzon ame orang.”  Babenye ikut bantuin si Nyak. Akhirnya mereka bertiga terus ngobrol sembari nonton TV. Dari ruang tamu itu keliatan jelas bayangan si Marpuah ame si Badrun lagi asik-asikan.

“ Ntar luh gue kerjain.” Kate Juki dalem ati.
Pas  jam sebelas malem, Nyak dan Babenye masuk pangkeng, udeh ngantuk. Tapi Si Puah ame si Badrun masih aje ade di teras rumeh Engkong. Juki lalu matiin lampu ame TV. Die pure-pure Mao tidur. Padahal die keluar lewat pintu belakang, ambil jalan muter dan masuk ke rumah kosong Engkong  lewat pintu belakang juge.

Juki masuk ke ruang tamu, pelan banget, die mulai nyalain dupe. Baunye mulai nyerebeng ke mane-mane. Dari ruang tamu ntu die melihat due sosok tubuh manusia lagi pade berangkulan membelakanginye. Die mulai pake kostum pocong nyang udeh disiapin sedari sore. Die buke pintu depan, pelan banget biar Puah dan pacarnye gak denger. Die ngedeketin sambil tangannye maju ke depan kaye zombie.

“ Huah…….” Juki bersuare buat nakutin Puah dan pacarnye, tapi kemudian die jatoh pingsan, lantaran yang di liatnye bukan muke Marpuah dan si Badrun, tapi muke almarhum Engkong dan Nyainye.
******



Selasa, 13 Maret 2012

MAT GONGGO, SPIDERMAN DAN SI JOKREM


MAT GONGGO, SPIDERMAN DAN SI JOKREM

Aku sedang menikmati kopi hitam dan beberapa potong gorengan yang ada di meja kebesaranku. Kantor lagi agak sepi. Biasanya banyak pelanggan yang mondar-mandir datang untuk service komputer. Tapi namanya bisnis, kadang ramai, kadang juga sepi. Kuambil sebatang rokok, kunyalakan dan kuhirup dalam. Ah, racun nikotin ini sungguh nikmat.
Tiba-tiba Jokrem sahabat kecilku datang.
“ Ape kabar Bos, sendirian aje?” Dia lalu menyalamiku, dan duduk berhadapan denganku.
“ Iye nih Krem, lagi agak sepi…” Jawabku sambil mesem-mesem ngeliat kaos spiderman yang dipake si Jokrem. Kaos itu masih tampak baru, di depannya bergambar Spiderman nyungsang dan di belakang bertuliskan “Spiderman” memenuhi punggungnya.
“ Lu mau minum ape krem?”
“ Kupi susu deh Bos,” Aku langsung memanggil Office Boy dan menyuruhnya memenuhi permintaan si Jokren.
“ Kaos lu bagus Krem, kaye kaos anak gue yang sekolah di TK Pelita.”
“ Lu jangan ngeledek Bos, kalo lu denger tentang asal muasalnye cerite Spiderman, gue yakin lu pasti langsung beli kaos macem begini.”
“ Lah kok bise begitu?” Tanyaku heran, dan Office Boy ku menaruh kopi susu di hadapan si Jokrem.
“ Makasih kupi susunye bang,” kata Jokrem yang di jawab anggukan kepala oleh Office Boyku.
“ Lu tau gak Bos, sebenernye cerite tentang Spiderman itu berasal dari etnik kita Bos, etnik Betawi.?”
“ Ah, lu kate siape?” Aku mulai tersenyum.
“ Name aslinye “Mat Gonggo” orang Bekasi. Begini ceritanye.” Jokrem mulai mendongeng.
Dulu waktu zaman Deandels bikin jalan Anyer Panarukan. Die punye Ajudan namenye si Erick Belformer, orang Irlandia. Waktu die jalan-jalan ke ujung Bekasi. Die ngeliat anak muda yang lompat dari puun ke puun kayak gonggo enteng dan cepet. Ntu orang gak taunye lagi ngasah ilmu silatnye. Si Erick sangat kagum dan bertanye pade orang yang lagi nonton Mat Gonggo latian silat.
“ Siap nama orang itu?”
“ Mat Gonggo Mister.” Jawab seseorang yang paling deket.
“ Apa itu Gonggo?”
“ Labe-labe Mister, kalo mister bilang Spider kale ye?” Mister Erick manggut-manggut lalu dia membuat catatan tentang Mat Gonggo.
Baru pade abad due puluh, Stanley Martin Lieber yang ternyate Cicitnye Mister Erick menemukan catetan itu. Dan pade taon 1962 die bikin komik yang berjudul Spiderman lewat penerbit Marvell. Sayangnye, Mat Gonggo kage sempet kawin karene keburu mati terserang kolere (Cholera).
“ Begitu ceritanye Bos….” Jokrem mengakhiri ceritanya, sambil nyuruput kopi susu.
“ Ah, lu mah ngarang aje kali, dapet cerita dari siape lu?”
“ Kemaren, dari postingannye Kong Matar Muhammad, dedengkotnye Tanebang.”
Kulemparkan kunci mobil, di tangkep dengan sigap oleh si Jokrem. “ Mau ke mana kite Bos?”
“ Ke Tenabang, nemuin Kong Matar, kalo dia kage ade di rume, kita langsung aje ke pasar Tanebang, gue juge mo beli kaos kaye punye lu.”
******

Minggu, 11 Maret 2012

KONG EMAN DAN CUCUNYE


KONG EMAN DAN CUCUNYE
Kong Eman terlihat di teras rumahnya. Dia lagi asik menikmati cerutu Colombia yang dikirim temannya langsung dari negeri asalnya. Segelas kopi susu dan kue pancong tergeletak di meja teras. Kong Eman terlihat sangat menikmati cerutunya. Kalau di Indonesia harga tuh cerutu satu batang bisa mencapai dua ratus lima puluh ribu rupiah. Kong Eman memang mantan seorang petinggi TNI. Kawan-kawannya banyak yang menjadi duta besar di negara-negara sahabat. Sebagai pensiunan bintang dua, seharusnya kong Eman tinggal di rumahnya yang ada di Menteng. Tapi Dari Muda kong Eman memang lebih suka tinggal di kampungnya di bilangan Jakarta Timur. Di Kampung itu juga dia tinggal bersama anak perempuan, menantu dan seorang cucu laki-lakinya. Istrinya sudah lima tahun meninggal. Semua orang di kampung itu mengenal Kong Eman sebagai pribadi yang baik, sederhana dan suka bermasyarakat. Dua orang anak lelaki kong Eman semuanya sudah menikah. Anak lelakinya yang pertama tinggal di Australia sebagai konsultan pertambangan. Dan anak lelakinya yang kedua membuka pabrik sepatu di daerah Karawang Bekasi. Rumahnya yang di Menteng itulah yang ditinggali anak keduanya. Potret kehidupan Kong Eman memang jauh dari cermin kehidupan kaum Betawi pada umumnya.
Lagi asik kong Eman memakan kue pancong yang ada di sampingnya, tiba-tiba cucunya datang langsung menenggak kopi susu miliknya.
“ Songong luh! Kopi susu belon gue minum udah maen tenggak aje!” di keplak kepala cucunya dengan songkok hitam dari kepalanya.
“ Lagian kopi susu cuman engkong liatin aje, sayang kong, mubazir.” Jawab Rosid cucunya yang baru berusia lima tahun.
“ Mubazir pale lu tengik, emang bader luh jadi anak, kage tau sopan santun.” Si Rosid yang dimarahin malah cuma cengengesan. Nggak lama muncul si Mary. Nyaknya si Rosid dari dalem rumah.
“ Ade ape sih Be?”
“ Tuh anak lu, kopi susu belon gue minum, udeh di tenggak abis ame die.”
“ Rosid gak boleh begitu. Itu songong namenye. Ntar deh beh, aye bikini  lagi kopi susunye.” Mary lalu menjewer kuping Rosid tapi tuh anak masih saja cengengesan.
“ Untung kite orang kaye ye Mar? Kalo kaga, abis dah harta kita ma tuh anak.”
“ Tau deh beh, aye juga bingung ame tuh anak, badernye ngapah kaga ketulungan begitu.”
Rosid. Cucu Kong Eman yang satu itu memang luar biasa badernya. Kata Dokter dia memang anak yang hyper aktif. Baru dua hari kemaren dia mecahin kaca rumah bu Tiur tetangga sebelah. Ada saja ulah yang dibuatnya. Dia juga pernah membuat dapur rumah kebakaran. Untung Tidak semuanya ludes. Cuma sebagian atap dapur dan temboknya. Walau perhatian lebih sudah di berikan buat si Rosid, tapi selalu saja ada yang lolos dari pantauan. Minggu yang lalu Mobil peninggalan dinas Kong Eman yang jadi sasaran. Mobil Jeep yang terparkir di garasi itu tiba-tiba mundur sendiri, menabrak garasi. Dan untungnya mesinnya langsung mati. Hingga tidak membuat kerusakan yang lebih parah. Rupanya Rosid berhasil mengambil kunci kontak yang tersimpan di dalam kamar Kong Eman.
Beberapa Baby Siter yang pernah menangani Rosid semuanya mengundurkan diri. Ngak ada yang sanggup ngatasin kelakuan tuh anak.
Kalau bukan karena Kong Eman mantan tentara dan di segani di lingkungan, mungkin Rosid dan keluarganya sudah di usir dari kampung. Tak terhitung anak-anak yang seumuran dengannya yang kepalanya bocor karena berkelahi sama si Rosid. Ada yang palanya di sambit batu, ada yang jidatnya bocor di ketok kayu. Tapi semua biaya pengobatan dan santunan selalu di keluarkan oleh keluarga Kong Eman.
****
Sore itu Kong Eman, Mary, Rosid dan seorang sopirnya turun dari Mobil. Mereka baru saja pulang dari daerah Jawa Barat. Kong Eman dan Mary habis konsultasi sama orang pinter yang katanya bisa merubah kelakuan Rosid. Buat Kong Eman dan Mary biaya bukan hal yang sulit, yang penting si Rosid bisa bener, kagak lagi bikin repot keluarga.
Dalam beberapa hari belakangan ini sikap Rosid memang berubah. Dia tidak lagi seagresif sebelumnya. Sore itu. Kong Eman, Mary dan si Rosid terlihat duduk bercengkrama di teras rumah. Mary sedang menyuapi Rosid. Rosid tampak lahap memakan makanan dari Nyaknya.
“ Wah cucu Ngkong sekarang pinter makannye.”
“ Iye dong Kong…biar cepet gede.” Jawab Rosid Spontan.
“ Emang kalo udah gede Rosid pengen jadi apaan?” Tanya Mary.
“ Jadi Dokter, biar bisa suntik Engkong.” Rosid menjawab itu mungkin karena sering melihat Kong Eman menyuntikan Insulin di tangannya. Kong Eman memang sudah lima tahun belakangan ini terkena Diabetes. Hampir setiap pagi dan sore Kong Eman menggunakan jarum suntik.
Melihat perkembangan yang terjadi terhadap diri si Rosid, Kong Eman dan Mary sangat bersyukur.
Waktu Magrib telah tiba. Kong Eman baru saja menyuntikan Insulin ke tubuhnya. Dia segera mengambil wudlu untuk melaksanakan sholat magrib di kamarnya.  Begitu juga dengan Mary, dia segera ke belakang.
Tiba-tiba dari kamar Kong Eman menjerit keras sekali, Mary kaget dan segera melihat Babenya di kamar. Rupanya saat Kong Eman tengah melakukan sujud, si Rosid yang punya cita-cita buat jadi Dokter langsung menusukan jarum suntik ke pantat Kong Eman. Kong Eman lupa, telah menaruh jarum suntik sembarangan. Sambil mengerang menahan sakit, Kong Eman berkata. “Rosid…. Rosid. Setan mane lagi yang ngerasukin elo…?”
****

ANTARE BENCI DAN CINTE


ANTARE BENCI DAN CINTE
Sudah hampir satu semestar Mirna sekelas sama si Jupri. Anak Betawi yang usil dan bangornya ngak ketulungan. Ada saja ulahnya yang bikin Mirna kesel. Dari mulai pinjam catatan yang ngak pernah dipulangin, sampai Laptopnya yang lecet karena puntung rokok.

Jupri memang muka tembok. Sudah ratusan kali Mirna menolak cintanya. Tapi dasar si Jupri, dia tetap saja mengirimi si Mirna dengan puisi-puisi cintanya, baik itu lewat Twitter ataupun Facebook.
Siang itu anak SOS 2 SMAN 70 sedang kosong. Pelajaran Bahasa Indonesia yang harusnya di isi oleh pak Buntoro malah dibuat ngobrol oleh semua siswa. Tidak ada guru pengganti. Tiba-tiba Jupri maju ke depan kelas sambil membawa selembar kertas. Dia kemudian membacakan puisinya dengan lantang dan jelas.

PUISI BUAT MIRNA
Siang ini…
Di kelas ramai yang kurasa sunyi
Tak ada senyum dari bibirmu
Tak ada binar di matamu

Adakah terselip cinta di hatimu
Untuk jiwaku yang selalu bergemuruh
Menanti setitik balasan
Atas nama rindu yang kutaburkan


Kelas jadi ramai. Ada yang bersuit-suit dan bertepuk tangan, semuanya memberi apresiasi terhadap puisi Jupri. Kecuali Mirna. Gadis cantik itu mukanya merah. Jupri lalu memberi kertas itu pada Mirna sebelum kembali ke tempat duduknya di sudut kelas sana.
Mirna menatap sebentar puisi itu, dia lalu meremasnya, berdiri dan berjalan ke arah tempat duduk Jupri.

“ Gak tau malu! Gile kale lu ye?!” Mata Mirna mulai berkaca, dia bicara begitu sambil melempar gumpalan kertas berisi puisi itu ke wajah Jupri.

“ Gue emang gile Mirna, tergile-gile ame elu!” Jawab Jupri santai, yang di sambut gemuruh tawa teman-teman sekelasnya. Tumpah juga akhirnya air mata si Mirna.
Jupri sebenarnya anak yang lumayan pinter, Puisi dan Cerpennya bukan hanya menghiasasi majalah dinding sekolah, tapi juga beberapa majalah remaja yang lagi ngetren. Kalau puisi atau cerpenya dimuat, dia langsung traktir temen-temen sekelasnya makan bakso di kantin sekolah. Tak terkecuali Mirna. Berhubung Mirna benci banget sama  tuh anak, Mirna selalu menolaknya.

“ Ayo dong sayang, kalo ntar udah jadi pacar abang, semue honor nulis buat elu dah.” Rayu Jupri saat mereka berjalan menuju kantin sekolah.

“ Ih, amit-amit. Siapa lagi yang mao jadi pacar lu, gue juge punye duit, kalo cume  buat traktir temen sekelas makan bakso sih.”

“ Tapi kan itu duit dari nyokap bokap lu, kalo gue kan dari hasil keringat gue sendiri, lagian Cerpen dan Puisi yang dimuat itu, sebagian terinspirasi dari hubungan kite.”

“ Kite..? Elo aje kale, gue ngak,” Jawab Mirna ketus.

Malam di rumah keluarga Mirna.
Kebencian Mirna sama si Jupri makin menjadi, bahkan dia sempet minta pindah sekolah sama Babenya.

“ Emangnye kenape sih Mir, lu pake minte pindeh sekole. Anggep aje ape nyang dilakuin  si Jupri itu sebagai pujian buat lu. Karena dengan die mengganggu lu, berarti lu tuh emang cakep. Lagian kayaknye tuh anak pinter juge, dan mukenye juge gak jelek-jelek amat.”

“ Pinter sih pinter Be, tapi kelakuannye itu yang bikin orang sebel.”

“ Lu jangan benci-benci amat ame lelaki, ntar kwalat lu. Liat noh Nyak lu. Dulu die benci banget ma Babe, eh sekarang dia bise jadi temen tidur Babe.”

“ Ih, Babe parno ah.” Malam itu Mirna banyak mendapat nasehat dari Nyak dan Babenya.
****

Pagi itu di kelas Mirna kelihatan galau. Dia tidak lagi focus pada pelajaran. Sudah seminggu ini Jupri berubah jadi sangat santun. Jangankan menggangunya, menegurnyapun Jupri tak pernah lagi. Tapi dengan sikap Jupri sekarang, Mirna jadi merasa ada yang hilang dari hatinya. Tiba-tiba dia kangen sama semua keusilan si Jupri.

Di sudut kantin pada jam istirahat sekolah, tampak Jupri makan bakso sendirian. Mirna segera datang menghampirinya.

“ Kenape lu! Lu marah ma gue?” Sambil tolak pinggang dan masih berdiri Mirna berkata begitu. Sesaat Jupri memandang wajah Mirna.

“ Bukannye lu benci ma gue? Maafin gue, kalo selama ini udeh bikin lu sebel, gue janji hal itu gak akan terjadi lagi.” Jupri lalu berdiri dan meninggalkan Mirna yang masih bengong. Dia ngak menyangka Jupri akan berkata begitu. Dia berharap dari mulut Jupri akan keluar kata-kata gombal seperti yang sudah-sudah.

Alamak kenapa semuanya jadi galau begini? Kenapa gue jadi mikirin si Jupri terus? Bisa rusak nih proses belajar gue di sekolah. Mirna terus bicara dalam hati.

Hari itu hari Selasa, sudah dua hari ini Jupri kaga masuk sekolah. Kata Amran dan si Yono Jupri sakit. Tangannya patah karena jatuh, saat dia membetulkan genteng rumahnya yang bocor. Kawan-kawan berencana untuk datang menjenguknya besok sepulang sekolah. Tapi Mirna sudah tak tahan lagi ingin ngeliat si Jupri. Dia pengen cepet-cepet bilang ke Jupri bahwa dia juga cinta sama tuh anak.

Siang itu sepulang sekolah Mirna langsung ke super market. Dia pesen sama Amran dan Yono bahwa dia akan jenguk Jupri sore ini. Dia malu kalo dateng besok bersama kawan-kawannya.
Jam lima sore Mirna sudah sampai di depan rumah Jupri.

“ Assallammualaiku…”

“ Wallaiku salam.” Jawab Jupri yang lagi duduk di depan teras rumahnya. Tangan kirinya tampak di gendong dan di balut perban.

Mirna lalu masuk dan langsung duduk di teras, dia mencoba untuk bersikap wajar.

“ Nih, ade sedikit makanan buat lu.” Mirna memberikan bungkusan yang baru saja di belinya di super market.”

“ Ah lu pake repot-repot segala, taro deh di meja, maaf tangan gue lagi sakit.” Mirna menaruh bungkusan itu di meja teras, di tengah tengah kursi yang didudukinya dan yang diduduki Jupri. Suasana jadi terlihat kaku. Keduanya tampak sangat canggung. Tapi Mirna segera memecah kebekuan itu.

“ Pri, sebenernya selama ini lu serius gak sih ame gue?” Wajah Mirna bersemu merah.

“ Maksud lu?” Jupri pura-pura bego.

“ Yang lu lakuan selama ini kegue, ape lu serius cinte ma gue? Abis belakangan ini gue juge  kayaknye  cinte ame lu.”

Jupri tertawa keras sekali, tak lama kemudian teman-temannya keluar dari dalam rumah. Rupanya semuanya sudah diatur. Perban yang membalut tangannya pun ternyata bohong belaka. Dengan embel-embel akan di traktir bakso, semua teman-temanya sepakat buat ngerjain si Mirna. Akhirnya Mirna jatuh juga ke pelukan Jupri sang penyair.

“ Kalo begitu, bener kate Babe gue, bahwa cinte dan benci, hanya di pisahkan oleh sehelai rambut.” Kata Mirna sambil mencubit mesra si Jupri.
*****