Blog ini seperti rumah buat saya. Di sinilah saya merasa bebas untuk menulis dan menampilkan semua yang saya mau. Tanpa proses editing dan sensor dari pihak lain. Buat kawan-kawan yang baca silahkan dikomentari ataupun diktritik. Saya sangat menghargai pendapat anda. Asal jangan anda menyuruh saya untuk berhenti menulis. Karena jangankan anda, saya sendiri ngak mampu untuk meredam ke inginan saya untuk tetap menulis...
Rabu, 27 Februari 2013
KAU
kenapa tak kau buka taman itu
biar kutanam pohon puisi dari rasa
jiwa yang gelisah
selalu saja berlabuh di situ
berdarah dan terkapar lagi
seperti bangau yang rindu sarang
walau kasih tak pernah terpeluk
BUAT SAHABATKU SI RAMBUT PERAK
rambut perak tergerai ditiup
angin senja
di pelataran taman ismail marzuki
terurai bait bait puisi
dari jiwa yang selalu gelisah
mengarungi samodra sastra tak bertepi
rindumu pada cinta
pada kasih
menabur memberi
walau kadang lapar
haus dan lupa janji
celoteh jarimu di Facebook
selalu jadi inspirasi
kapitan klender 10-Jan-2013
PERSENGGAMAAN SAM PEK & ENG TAY
sam pek ; biar kuberi tanda merah di leher
jenjang dan mulus itu
eng tay ; jangan hanya leher
akan kuberi kau sepasang susuku yang kenyal
lalu pasti akan kau puja bagai bayi yang merah
tubuh mereka membara
laut bergelora
lima hari lima malam mereka bersenggama
sam pek ; aku lelah... aku mau mati saja
penisku sudah kehabisan sperma
yang ke luar hanya angin saja
eng tay ; akupun lelah sam pek...
biarlah kita terkubur bersama
di kubangan spermamu
sperma sam pek membeku
menjadi gundukan salju
menimbun jasad mereka
lalu
dari gundukan itu
ke luar dan terbang
sepasang kupu-kupu
ANAK BADAI SELAT MALAKA
karang dan dan ombak mengalir di tubuhnya
tak pernah ada gerimis di matanya
hanya badai yang selalu menerpa
terusir dari fitnah sang bunda
menoda cinta dengan zina
dari laki-laki teman ayahnya
dua puluh tahun dia meninggalkan selat malaka
rindu menuba di dada
pada laut dan karang
pada garam yang mengkristal di tubuh para nelayan
tiba kabar dari saudara
tentang bunda yang menutup mata
tak ada air mata
tak ada luka
yang tampak hanya gambar bundanya
tengah berzina dengan kawan ayahnya
karang dan dan ombak mengalir di tubuhnya
tak pernah ada gerimis di matanya
hanya badai yang selalu menerpa
terusir dari fitnah sang bunda
menoda cinta dengan zina
dari laki-laki teman ayahnya
dua puluh tahun dia meninggalkan selat malaka
rindu menuba di dada
pada laut dan karang
pada garam yang mengkristal di tubuh para nelayan
tiba kabar dari saudara
tentang bunda yang menutup mata
tak ada air mata
tak ada luka
yang tampak hanya gambar bundanya
tengah berzina dengan kawan ayahnya
Langganan:
Postingan (Atom)