Senin, 19 Maret 2012

AKULAH ANAK REMBULAN




Dialah pelacur itu…
Kerasnya kehidupan telah dilaluinya. Usianya baru mencapai dua puluh lima tahun. Apartement mewah di kawasan bergengsi,  rumah megah di kawasan elit dan sebuah sedan Camry yang terparkir di garasinya adalah symbol kemenangannya menghadapi persaingan hidup. Walau semuanya itu didapat dari melacurkan diri.
Ya. Lelaki muda itu memang seorang Gigolo. Tapi Bukankah Gigolo itu juga profesi? Karena tidak semua orang bisa jadi Gigolo. Tidak semua orang hebat dalam bercinta. Apa lagi  melayani perempuan.
Memang lebih sulit menjadi pelacur lelaki dari pada menjadi pelacur perempuan. Pasiennya kebanyakan adalah tente-tante yang sangat jaim. Kebanyakan dari kelas atas yang sangat menjaga kerahasiaan dirinya. Kalau pelacur wanita cukup dengan berdiri di pinggir jalan atau bergabung dengan germo di satu kawasan. Market pelacur laki-laki jauh lebih sempit dari pada itu. Belum lagi resiko yang di hadapi, jika berbentur dengan suami sang tante, bisa-bisa nyawa jadi taruhannya.
Masalah yang paling sulit dihadapi adalah ketika pasienya memiliki usia dan wajah yang jauh dari standar birahinya. “ Burungnya” kadang sulit untuk diajak kompromi. Padahal untuk pelacur lelaki “burung” adalah segalanya. Belum lagi kalau sang tante punya teman “arisan,” dibutuhkan tenaga dan doping yang sangat mahal harganya. Karena kadang dia harus melayani lima perempuan sekaligus dalam satu kamar. Kalau pelacur perempuan tentu bukan hal yang sulit, karena yoni itu mejorok ke dalam.
Tante Lyza…
Perempuan inilah yang mengajaknya masuk ke dunia pelacuran yang gemerlap. Dia adalah istri dari seorang perwira tinggi TNI. Tante Liza seorang pemimpin sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang manufacturing. Lelaki itu mulanya hanya seorang sopir pribadinya. Ketampanan dan pesonanya telah membuat sang tante lupa diri.
Pagi itu Ibrahim mengantar Tante Lyza ke sebuah hotel berbintang lima di kawasan bunderan Hotel Indonesia. Ada Seminar tentang sebuah produk baru dari Amerika yang mau lounching. Seminar itu selesai pas jam dua belas siang. Ibrahim sedang asik bergurau bersama para sopir di parking area. Tiba-tiba handphonenya berbunyi.
“ Iya bu, saya ada di parking area.”
“ Kamu kemari, cari kamar 301, saya tunggu di kamar itu!” terdengar suara dari seberang sana.
“ Tidak langsung kembali ke kantor bu?”
“ Tidak, Saya ada perlu sama kamu sedikit, cepat kamu ke kamar saya.”
“ Baik bu, saya segera kesana.” Ibrahim menutup HPnya.
Kamar 301 itu adalah kamar VIP satu kelas di bawah suite room. Ruangan itu begitu mewah, Jendelanya menghadap langsung ke Bunderan HI. Tampak banyak kendaraan di bawah sana dan air mancur yang menjadi saksi keangkuhan Jakarta. Dua kursi besar nan mewah menghadapi tempat tidur besar yang sangat empuk. Ibrahim mengetuk pintu dari luar.
“ Masuk.” Jawab Tante Lyza dari dalam. Ibrahim kemudian masuk dengan sedikit ragu, Dia masih sangat canggung.  “ Duduk kamu di situ, tunggu saya sebentar, saya mau ke kamar mandi.”  Lanjut tante Liza.
Kamar mandi di ruangan itu, ada dekat tempat tidur yang besar. Dinding pemisahnya terbuat dari kaca tebal yang nyaris transparan. Ibramhim dapat dengan jelas menyaksikan lekuk tubuh sang Tante. Dia masih perjaka, melihat hal itu tubuhnya menggigil, gairah mudanya bergolak. Walau tampak samar, tapi semuanya utuh. Saat air dari shower mulai membasahi tubuh wanita itu, sang tante jadi terlihat semakin seksi.
“ Im, maaf, handuk saya ketinggalan di tempat tidur, tolong kamu bawa kemari!” Ibrahim melihat sebuah handuk yang terkapar di atas tempat tidur, Dia agak ragu untuk mengambilnya.
“ Yang putih ini bu?”
“ Iya, yang mana lagi, cepat bawa ke sini!”
“ Ini bu,” Ibrahim menyerah kan handuk itu dengan kepala tertunduk, dalam sekali. Tapi tante Lysa bukan mengambil handuknya, melainkan mengambil tangannya dan menariknya langsung ke dalam. Permainan tante Lyza sangat hebat, kemudian mereka pindah ke kasur besar itu. Adegan yang selama ini  hanya di lihatnya dalam film porno, kini di lakukannya langsung. Hilang sudah keperjakaan lelaki muda itu.
Saat mereka tengah asik masyuk, tiba-tiba pintu kamar terbuka, berdiri seorang berpakaian seragam TNI. Ya, itu adalah suami tante Lyza. Lelaki itu tampak tersenyum, Ibrahim seketika hilang birahinya, mukanya pucat.
Tante Lyza yang berada di bawah tubuhnya juga tersenyum, lalu mendekap kembali Ibrahim, Ibrahim jadi benar-benar bingung. Apa lagi saat pria yang berpakaian TNI itu tampak sangat bergairah dan segera membuka pakaian yang dikenakannya.
Lelaki yang telah melepas pakaian TNInya itu, lalu menghampiri tempat tidur dan menyingkirkan Ibrahim yang masih dalam dekapan sang tante.
“ Sudah kamu duduk di sana. Lihat! Dan jangan kemana-mana.” Lelaki itu lalu menggantikan posisi Ibrahim, dia tampak bergairah sekali.
Rintihan tante dan dengus suaminya berakhir saat sebuah jeritan kecil ke luar dari mulut sensual sang tante. Kemudian keduanya terkapar.
Sejak saat itu, jika sang petinggi TNI ingin melakukan hubungan dengan istrinya, Ibrahim harus selalu memancing dengan permainan gila sang tante. Belakang lelaki muda itu tahu, bahwa petinggi TNI itu menderita Voyeurism (satu jenis kelainan seks).

Apapun yang kamu inginkan semua kami siapkan…
“ Kalau sampai rahasia ini terbongkar, peluru dari pistol ini akan mendekam di otakmu.” Ancam petinggi TNI itu kepada Ibrahim pada suatu ketika, saat mereka selesai menyelenggarakan pesta di tempat yang sama. Rupanya sebagai seorang petinggi TNI dia mendapat ruang gratis di hotel yang terkenal mewah itu.
Kehidupan Ibrahim mulai berubah. Tante Lyza telah memberikan semua yang Ibrahim minta. Walaupun statusnya adalah sopir pribadi, Ibrahim memiliki pendapatan yang sama dengan seorang Manager di tempatnya bekerja. Tapi semua itu di lakukan di belakang, biasanya selesai mereka melakukan transaksi biologis.
Ibrahim menyimpan rahasia itu dengan sangat rapi. Tak seorang rekan kerjapun yang mengetahui hubungan segi tiga itu. Rumah dan apartement mewah itu miliknya pribadi. Dari hasil tabungan yang dikumpulkannya. Tanpa sepengetahuan tante Lyza dan suaminya.
Waktu awal-awal hubungan itu terjadi, Ibrahim memang tersiksa. Dia tidak pernah mencapai puncak kenikmatan dalam bersenggama, karena selalu saja tuan TNI keburu nafsu dan menggantikannya. Untungnya tante Lyza mengerti. Di sela-sela tugas suaminya ke luar kota, tante Lyza sering menyempatkan diri untuk mengajaknya bermain asmara. Sudah pasti tidak di hotel mewah itu. Takut anak buah suaminya yang menjadi petugas keamanan di hotel itu tahu.

Tante Lyza memang seksi namun aneh…
Di hari ulang tahun sang tante yang ke 42 di gelar beach party di kawasan Ancol Jakarta. Suaminya tengah bertugas ke Moskow, hanya sebuah kunci mobil mewah yang menggantikan kehadirannya. Malam itu selesai acara, setelah para tamu dan kedua anaknya pulang. Ibrahim dan empat teman wanitanya di ajak ke sebuah hotel yang ada di sana.. Walau semua tampak telah berumur di atas 40 tahun, tapi penampilan mereka memang sangat terjaga. Semuanya harum bagai symbol dari farfum yang mewah. Tubuh mereka terlihat kencang, mewakili gairah Jakarta yang liar.
Selesai mereka minum-minum di bar yang terletak di lobby hotel itu, di berinya Ibrahim sebutir pil berwarna biru, dan di suruhnya menunggu di kamar, yang kali ini berukuran sangat luas. Tak lama kemudian mereka menyusul. Di kamar besar itu mereka berenam.
“ Laki-laki ini adalah hadiah dari aku untuk kalian semua, ayo kita lanjutkan pesta,” setengah mabuk tante Lyza menatap Ibrahim liar.
“ Tunggu Lyz, Apa sudah kau minum obat itu?” Seorang perempuan yang bertubuh kurus namun sangat cantik tiba-tiba bicara kepada Ibrahim.
“ Be…belum.” Jawab Ibrahim gugup.
“ Cepat minum, kami mau pesta denganmu.” Tante Lyza langsung membentak, dan seorang wanita lagi yang berbadan Gemuk  memberiku air putih kemasan dari tasnya yang mahal. Ibrahim langsung meminumnya, lelaki itu mulai paham keinginan mereka.
“ Bagaimana kalau sambil menunggu obat itu bereaksi, kita nonton BF dulu.” Tanya perempuan yang tadi memberi air putih. Pertanyaan itu di jawab dengan anggukan dan cekikikan yang lainnya.
Belum selesai separuh film itu di putar, tapi baju Ibrahim sudah robek semua. Malam itu dia harus melayani lima orang perempuan yang kesetanan.

Bayi mungil di pinggir tempat sampah…
Dua puluh lima tahun yang lalu, saat mentari baru muncul di ufuk timur, Ibu Susi menemukan seorang bayi lelaki  dekat tong sampah di depan panti asuhan miliknya. Di dalam bedongan sang bayi ada sebuah kalung berbentuk taring harimau dan sebuah surat bertuliskan “ Beri nama anak ini Bram Kamajaya, kelak kalau aku mampu aku akan mengambilnya kembali.”
Bayi lelaki itu memiliki tanda hitam sebesar kuku di tengah dadanya. Ibu Susi lalu merawat bayi itu dan memberi nama Ibrahim. Itu dibuatnya karena panti asuhan itu adalah yayasan Islam. Toh dia sudah punya  kalung dan tompel di dadanya, pikir bu Susi.
Waktu terus merajut kuasanya, Ibrahim telah tumbuh menjadi dewasa, namun sang ibu tak kunjung juga datang. Dia sangat rindu pada ibu biologisnya. Dari menjadi kuli bangunan sampai kenek Metro Mini telah di lakukan Ibrahim, sampai dia bertemu tante Lyza.
Kalau dia bertemu ibunya, pasti ibunya akan memberi tahu siapa ayahnya, pikir Ibrahim. Di benaknya, Ibu yang di rindukan adalah korban dari lelaki yang tidak bertanggung jawab. Dengan uang yang di milikinya saat ini, dia pernah beriklan di sebuah koran terbitan nasional. Di koran itu di ceritakan kronologi dirinya. Namun tak juga membuahkan hasil.
Ibrahim masih sering ke panti asuhan milik bu Susi. Bahkan bangunannya kini telah berubah berkat sumbangan darinya. Setiap kali datang di selalu membawa macam-macam makanan dan pakaian baru untuk saudara-saudaranya. Dia tak pernah lupa dari mana dia berasal. Kalung taring harimau tak pernah lepas dari lehernya, sejak bu Susi menceritakan ihwal dirinya. Surat yang tertulis di dalam bedongannya kini di bingkai indah dan ditaruh di kamarnya yang megah.

Dia sangat merindukan ibu kandungnya…
Kelak kalau aku bertemu ibu, aku akan serahkan semua yang kumiliki untuknya akan kubahagiakan ibu. Aku juga akan berhenti menjadi budak nafsu tante-tante itu. Toh Mr TNI yang menjadi suami tante Lyza sebentar lagi pensiun. Aku akan pergi jauh bersama ibu meninggalkan mereka semua. Aku ingin hidup damai bersama ibu, walau di dalam hutan sepi sekalipun. Dalam kesendiriannya Ibrahim selalu memuja dan mengharapkan pertemuannya dengan wanita itu.
Di usap-usapnya taring macan yang menggantung di leher, itulah cara dia menekan rindu pada ibunya. Dia hanya tahu bahwa taring macan dan surat itu sebagai pemberian ibu kandungnya.
Ibrahim tak ingin menikah sebelum berjumpa ibunya. Dia ingin sang ibu menyaksikan pernikahannya kelak. Bahkan kalau mungkin, dia ingin  ibu yang mencarikan jodohnya.
Sore hari di teras sebuah rumah mewah, segelas kopi susu dan sepotong roti bakar, menambah dalam pemujaan dan kerinduanya pada ibu. Di tamannya tertanam berbagai macam bunga yang harum. Bunga-bunga itu siap menyambut kehadiran ibunya. Ya semuanya hanya untuk ibu. Tiba-tiba HPnya berbunyi terdengar suara tante Lyza.
“ Im, kamu bisa ke 301 room kita, di bunderan HI sana?”
“ Ini kan hari minggu.”
“ Ya, saya tau, tapi teman saya baru datang dari Swis, dia cantik lo, kamu tolong temani dia, dia istimewa, Hyper sex. Kamu harus bawa pil biru itu, kamu temani dia sampai besok pagi.!”
“ Besok pagi saya bisa libur ya bu?”
“ Ya, besok dari hotel kamu ajak dia ke kantor, setelah itu silahkan kamu libur, Karena aku yakin, semalaman saja kamu sama dia, pasti butuh istirahat yang panjang hi…hi…..” Tante Lysa mengakhiri percakapan dengan tawa genitnya.
Dia bertemu ibunya
Malam menunjukan pukul Sembilan, Ibrahim baru menyelesaikan satu rondenya, dengan hanya mengenakan celana dalam, di hisapnya sebatang rokok yang terletak di meja kamar 301. Seumur hidupnya jadi Gigolo, baru kali ini dia mendapat perlawanan yang begitu hebat. Dia lalu duduk di bangku besar kamar itu. Perempuan teman tante Lyza itu termenung menatap langit-langit. Sebuah selimut menutupi semua bagian tubuhnya yang seksi.
“Siapa namamu sebenarnya?’ Masih dengan pandangan ke langit-langit perempuan itu bertanya pada Ibrahim.
“Ibrahim.”
“ Bukan Bram Kamajaya?” Perempuan itu baru menoleh ke arah Ibrahim, yang mendapat sambutan penuh tanda tanya dari sorot matanya.
“ Siapa kau sebenarnya.” Hati Ibrahim berdegup keras.
“ Akulah ibumu, aku yang menitipkanmu di panti asuhan itu.” Perempuan itu lalu bercerita panjang. Tentang masa mudanya, saat seorang kekasih yang menanam benih di rahimnya, mati dalam balapan liar. Kalung taring macan itu adalah milik kekasihnya.
“ Kenapa kau tak cegah perbuatan kita tadi?!” Muka Ibrahim memerah.
“ Karena aku hyper sex, Hasrat itu selalu menang melawan apapun.”
Ibrahim kemudian menghampiri tempat tidur, menyingkap selimut yang menutupi tubuh wanita itu. Ibrahim mengangkangi tubuh mulus ibunya, ia lalu berbisik di telinga perempuan yang melahirkannya.
“ Akulah anak rembulan, yang bersetubuh dengan ibuku sendiri.” Mereka kembali menyanyikan dendang kehidupan lewat desah nafsu yang tak tertahankan.
********

Tidak ada komentar:

Posting Komentar